AqidahBantahanNasehatSyirikTauhid

Ternyata Orang Musyrik Lebih Paham

kuburan mewah

Salah satu diantara keadaan umat akhir zaman yang sangat memprihatinkan adalah ketidakmengertian banyak orang yang mengaku muslim tentang makna kalimat tauhid. Banyak diantara mereka yang menyangka bahwa tauhid itu adalah dengan meyakini Allah itu satu dan tidak terbagi. Atau tauhid itu adalah meyakini Allah sebagai satu-satunya pencipta.

Bagi mereka, orang yang sudah meyakini perkara-perkara ini telah mewujudkan maksud dari kalimat laa ilaha illallah. Karena makna kalimat ini -menurut mereka- adalah tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada pemberi rizki selain Allah, dsb. Padahal keyakinan semacam ini yang oleh para ulama biasa disebut dengan tauhid rububiyah adalah perkara yang telah diimani oleh kaum musyrikin di masa silam.

Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan dari bumi, atau siapakah yang berkuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan. Niscaya mereka menjawab ‘Allah’. Maka katakanlah ‘lalu mengapa kalian tidak bertakwa.” (Yunus : 31)

Ayat tersebut menunjukkan dengan jelas kepada kita bahwa semata-mata mengakui Allah sebagai pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan serta mengatur segala urusan belumlah cukup untuk menjadikan pelakunya sebagai muslim. Mereka -kaum musyrikin- telah memahami dengan baik bahwa makna laa ilaha illallah adalah tidak ada yang boleh disembah selain Allah.

Oleh sebab itu ketika diserukan kepada mereka kalimat laa ilaha illallah, mereka pun menjawab -sebagaimana Allah kisahkan dalam Al-Qur’an- (yang artinya), “Apakah dia -Muhammad- hendak menjadikan sesembahan-sesembahan yang banyak itu hanya menjadi satu sesembahan saja. Sesungguhnya ini adalah perkara yang sangat mengherankan.” (Shaad : 5)

Hal ini sangat berbeda dengan keadaan orang-orang di masa kini. Mereka yang notabene mengaku muslim dan telah mengucapkan kalimat syahadat tetapi di saat yang sama mereka justru tidak memahami maksud dari kalimat tauhid yang mulia ini. Karena itu tidaklah mengherankan apabila ada sebagian diantara mereka yang justru mempersembahkan ibadahnya, sembelihan dan nazarnya untuk selain Allah. Hal itu tidak lain disebabkan karena ketidakpahaman mereka terhadap kandungan kalimat tauhid ini.

Orang-orang musyrik di masa silam paham maksud kalimat ini sehingga mereka dengan terus terang dan tegas menolaknya demi mempertahankan tradisi kemusyrikan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Adapun orang-orang yang melakukan syirik di masa kini -yang secara lahiriah mengaku muslim- mengucapkan syahadat itu dalam keadaan tidak paham makna dan konsekuensinya. Sehingga mereka pun beribadah kepada kuburan, pohon keramat, batu-batu, wali, jin, dan lain sebagainya. Padahal setiap hari mereka mengucapkan laa ilaha illallah di dalam zikirnya yang bisa jadi mencapai puluhan bahkan ratusan atau ribuan kali.

Sungguh menyedihkan. Dan hal ini semakin bertambah menyedihkan tatkala sebagian orang yang disebut sebagai tokoh intelektual dan pemuka umat justru mendukung dan melindungi pemahaman yang keliru semacam ini. Dimana peribadatan kepada selain Allah dilegalkan dengan kedok kecintaan kepada wali dan orang salih. Dimana penghambaan kepada jin dan setan dilestarikan dengan dalih kebudayaan dan demi menarik wisatawan. Apakah dengan model keislaman semacam ini kita akan mengharapkan negeri ini menjadi ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur’? Pikirkanlah hal itu sejenak, wahai saudara-saudaraku yang mulia….

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *