Bismillah.
Alhamdulillah dengan taufik dari Allah semata, pada kesempatan ini kita dapat kembali melanjutkan pembahasan tafsir ayat-ayat tentang tauhid yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Kitab Tauhid.
Pada bagian terdahulu kita sudah membahas seputar keutamaan tauhid. Dan pada kesempatan ini kita akan membaca firman Allah yang dibawakan oleh penulis dalam bab berikutnya; yaitu ‘barangsiapa yang merealisasikan tauhid dengan baik niscaya dia akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab’.
Beliau membawakan firman Allah :
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam/teladan yang senantiasa taat kepada Allah, seorang yang hanif/bertauhid dan tidak termasuk kaum yang berbuat syirik.” (an-Nahl : 120)
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah sosok panutan manusia. Beliau adalah imamnya ahli tauhid dan bapaknya nabi-nabi setelahnya. Sifat-sifat beliau yang Allah sebutkan di dalam ayat ini merupakan cerminan dari karakter hamba yang merealisasikan tauhid dengan sebenar-benarnya.
Allah memuji nabi Ibrahim sebagai orang yang hanif; yaitu yang menghadapkan jiwa dan raganya kepada Allah dalam hal ibadah dan berpaling dari segala bentuk sesembahan selain-Nya. Orang yang hanif adalah yang ikhlas dalam beramal. Allah juga memuji beliau sebagai sosok hamba yang tidak melakukan kesyirikan; baik dalam ucapan maupun amal perbuatan. Oleh sebab itu beliau digelari dengan imamnya para hunafa’/orang-orang yang hanif (lihat penjelasan Syaikh Bin Baz rahimahullah dalam pelajaran Syarh Kitab Tauhid [klik])
Ayat tersebut juga mengisyaratkan wajibnya berlepas diri dari kaum musyrik; sebagaimana hal itu telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang indah pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah tampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah semata…” (al-Mumtahanah : 4)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sungguh telah disyari’atkan terjadinya permusuhan dan kebencian dari sejak sekarang antara kami dengan kalian selama kalian bertahan di atas kekafiran, maka kami akan berlepas diri dan membenci kalian untuk selamanya “sampai kalian beriman kepada Allah semata” maksudnya adalah sampai kalian mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan kalian mencampakkan segala yang kalian sembah selain-Nya berupa tandingan dan berhala.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 8/87)
Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya; Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakanku, maka sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepadaku. Dan Ibrahim menjadikannya sebagai kalimat yang tetap di dalam keturunannya, mudah-mudahan mereka kembali kepadanya.” (az-Zukhruf : 26-28)
Allah berfirman (yang artinya), “Mereka mengatakan ‘Jadilah kalian pengikut Yahudi atau Nasrani niscaya kalian mendapatkan petunjuk’. Katakanlah, ‘Bahkan millah Ibrahim yang hanif itulah -yang harus diikuti- dan dia bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.” (al-Baqarah : 135)
Allah berfirman (yang artinya), “Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi atau Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi muslim.” (Ali ‘Imran : 67). Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas dan tegas membantah klaim Yahudi dan Nasrani yang mendaku sebagai pengikut ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bahkan tidaklah berada di atas ajaran dan agama yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim -diantara umat akhir zaman ini- kecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para pengikutnya yang setia. Sehingga pengakuan kaum Yahudi atau Nasrani bahwa mereka berada di atas agama Nabi Ibrahim adalah dusta belaka! Silahkan baca keterangan Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah di dalam tafsirnya (Tafsir Surat Ali Imran ayat 67)
Adapun yang dimaksud ‘merealisasikan tauhid dengan sempurna’ adalah membersihkan tauhid ini dari segala jenis kotoran syirik, bid’ah dan maksiat. Dan syarat minimal dikatakan merealisasikan tauhid adalah dengan membersihkan tauhid itu dari segala jenis syirik, sebagaimana diisyaratkan oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullah dalam al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [klik].
Adapun balasan berupa masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab itu diberikan kepada mereka yang benar-benar merealisasikan tauhid dengan sempurna. Dan hal ini diberikan kepada mereka yang membersihkan tauhidnya dari kotoran syirik, bid’ah dan dosa-dosa besar. Adapun orang yang mencampuri tauhidnya dengan bid’ah atau dosa-dosa besar -di bawah syirik- maka ia berada di bawah kehendak Allah; jika Allah berkehendak maka Allah ampuni tanpa diadzab, dan jika Allah berkehendak -dengan keadilan-Nya- Allah hukum dia sesuai dengan kadar dosanya (lihat penjelasan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah dalam Syarh Kitab Tauhid [klik])
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mendapatkan pertanyaan mengenai makna dari tahqiq/perealisasian tauhid? “Bagaimana cara seorang muslim merealisasikan tauhid?” Beliau menjawab :
يحققه باجتناب المعاصي ووسائل الشرك، يحذر وسائل الشرك ويحذر المعاصي، هذا من تحقيق التوحيد، تخليصه وتصفيته من شوائب الشرك والبدع والمعاصي، هذا تحقيقه، الحذر من المعاصي والبدع ووسائل الشرك، هذا هو التحقيق. نعم
“Mewujudkan tauhid di sini maksudnya adalah menjauhi maksiat dan segala sarana menuju kesyirikan. Dia waspada terhadap segala sarana menuju syirik dan waspada dari berbagai bentuk maksiat. Ini adalah bagian dari tahqiq tauhid. Yaitu memurnikan tauhid dan membersihkannya dari noda-noda syirik, bid’ah dan maksiat. Inilah yang dimaksud dengan tahqiq tauhid. Berhati-hati dari perbuatan maksiat, bid’ah dan segala sarana menuju syirik. Inilah yang dimaksud perealisasian/tahqiq tersebut. Na’am.” (lihat sumber fatwa : https://binbaz.org.sa/fatwas)
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com
Silakan baca seri terdahulu di sini [klik]