AqidahBelajar Jarak JauhIbadahSyirikTauhid

Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 3

pdi_syarah_kitab_tauhid_200x296

3. Tujuan dan Hikmah Penciptaan

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah membawakan firman Allah (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56). Makna ayat ini adalah bahwasanya Allah ta’ala mengabarkan bahwa tidaklah Dia menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Inilah hikmah penciptaan mereka (lihat Fat-hul Majid, hal. 17 cet. Darul Hadits)

Ibadah biasa digunakan untuk menyebut salah satu diantara dua hal ini. Pertama; penghambaan kepada Allah yaitu dengan perendahan diri kepada-Nya dengan penuh kecintaan dan pengagungan dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Kedua; segala hal yang digunakan untuk menghamba kepada-Nya, yaitu mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah berupa ucapan dan perbuatan yang tampak dan yang tersembunyi (lihat keterangan Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Al-Qaul Al-Mufid, 1/7 cet. Maktabah Al-‘Ilmu)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa di dalam syari’at ini ibadah merupakan suatu bentuk ungkapan yang memadukan antara kesempurnaan cinta, ketundukan dan rasa takut. Demikian sebagaimana yang beliau sampaikan dalam tafsir Surat Al-Fatihah (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1/34 cet. At-Taufiqiyah). Oleh sebab itu para ulama mengatakan bahwa ibadah kepada Allah harus dilandasi dengan tiga pilar ibadah hati, yaitu cinta, takut, dan harapan.

Setiap hari kita membaca ayat ‘alhamdulillahi rabbil ‘alamin’. Di dalamnya terkandung pilar ibadah hati yaitu kecintaan. Kita memuji Allah dan mencintai-Nya, karena Allah lah yang memelihara seluruh alam semesta, dan salah satunya adalah diri kita. Kita juga membaca ‘arrahmanirrahiim’, di dalamnya terkandung pilar harapan. Karena Allah pengasih lagi penyayang, maka kita pun sangat berharap akan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita. Dan di dalam ‘maaliki yaumid diin’ terkandung pilar rasa takut kepada Allah. Karena pada hari kiamat Allah akan membalas amal-amal hamba. Kita merasa takut apabila kita termasuk golongan orang yang sengsara.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah membawakan ayat di atas -dalam surat Adz-Dzariyat- di bagian awal Kitab Tauhid ini, dikarenakan ibadah yang dimaksud di dalam ayat adalah ibadah yang berada di dalam bingkai tauhid. Dalam risalahnya yang lain yaitu Al-Qawa’id Al-Arba’, beliau mengatakan, “Sesungguhnya ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali apabila bersanding dengan tauhid, sebagaimana halnya sholat tidaklah disebut sebagai sholat yang benar kecuali apabila disetai dengan thaharah/bersuci.”

Tauhid ini -sebagiamana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam risalahnya Tsalatsatul Ushul- ialah perintah Allah yang paling agung. Hakikat tauhid itu -kata beliau- adalah ‘mengesakan Allah dalam beribadah’. Sebagaimana ayat yang setiap hari kita baca dalam surat Al-Fatihah, ‘Iyyaka na’budu…’ ‘Hanya kepada-Mu kami beribadah…” Tauhid inilah yang terkandung dalam kalimat laa ilaha illallah, rukun Islam yang paling pertama dan paling utama.

Ayat tersebut -dalam surat Adz-Dzariyat- mengisyaratkan bahwa Dzat yang menciptakan (Al-Khaliq) itulah yang berhak untuk diibadahi, bukan sesembahan selain-Nya sebab mereka semua tidaklah menciptakan. Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Sehingga, di dalamnya terkandung bantahan bagi para pemuja berhala dan lain sebagainya.” (lihat Al-Mulakhash fi Syarhi Kitabit Tauhid, hal. 10)

Kesimpulan :

  • Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya
  • Ibadah kepada Allah harus dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan dan dibuktikan dengan tunduk kepada perintah dan larangan-Nya
  • Ibadah mencakup segala ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah, baik hal itu tampak/lahir ataupun tersembunyi/batin
  • Ibadah kepada Allah ditopang dengan tiga ibadah hati, yaitu cinta, takut, dan harap
  • Ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali apabila disertai dengan tauhid
  • Hakikat tauhid itu adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Tauhid inilah perintah Allah yang paling agung diantara berbagai perintah dalam agama Islam
  • Tauhid adalah kandungan dari kalimat laa ilaha illallah
  • Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, karena hanya Allah semata yang menciptakan segenap jin dan manusia serta yang memelihara alam semesta
  • Tidak boleh beribadah kepada selain Allah, apapun bentuknya dan siapa pun orangnya, karena ibadah adalah hak Allah. Tidak boleh dipersekutukan bersama-Nya siapa pun juga
  • Beribadah kepada selain Allah -apakah berhala, pohon, batu, kuburan, dsb- adalah bertentangan dengan hikmah dan tujuan penciptaan kita. Dengan kata lain, orang yang menjalani hidupnya di atas syirik dan kekafiran berarti telah menghina Allah, merendahkan Allah dan melecehkan hak Allah ta’ala atas segenap hamba-Nya

10425476_1590346074517648_7181355556619012070_n

Baca Juga :

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 2 : di sini

> Silsilah Syarah Kitab Tauhid. Bagian 1 : di sini

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *