Belajar Jarak Jauh

Mulianya Kalimat Tauhid

Bismillah

Kalimat tauhid yaitu ucapan laa ilaha illallah memiliki kedudukan yang sangat agung di dalam Islam. Karena ia merupakan bagian dari dua kalimat syahadat yang menjadi kunci pertama dan paling utama untuk masuk ke dalam Islam dan syarat untuk masuk ke dalam surga.

Di dalam kalimat tauhid ini terkandung penetapan ibadah kepada Allah dan penolakan ibadah kepada selain-Nya. Ibadah murni hak Allah, tidak boleh ada siapa pun yang dijadikan sebagai tujuan ibadah dan penghamba selain-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kalimat tauhid ini lah yang diserukan oleh setiap nabi kepada umatnya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiyaa’ : 25). Hal ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya kandungan pelajaran yang tercakup di dalam kalimat tauhid laa ilaha illallah…

Dalam hadits yang sahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengilmui (dan mengamalkan ilmunya itu, red.) bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Allah maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)

Kalimat tauhid ini juga disebut oleh Allah dalam surat al-Fath ayat 26 dengan istilah kalimat takwa, karena tauhid atau syahadat laa ilaha illallah merupakan pokok dari ketakwaan, sebagaimana tafsiran dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma. Tafsiran ini disebutkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsirnya dan as-Suyuthi dalam tafsirnya ad-Durr al-Mantsur. Tafsiran serupa juga diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ‘Amr bin Maimun, Qatadah, Ikrimah, adh-Dhahhak dan Mujahid.

Kalimat tauhid mengandung pokok utama dalam ketakwaan kepada Allah. Karena takwa mencakup pelaksanaan perintah dan menjauhi larangan. Perintah paling besar adalah tauhid dan larangan yang paling besar adalah syirik kepada-Nya. Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam Ushul Tsalatsah mengatakan bahwa perkara paling agung yang diperintahkan oleh Allah adalah tauhid; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, sedangkan perkara terbesar yang dilarang oleh Allah adalah syirik yaitu menyeru/beribadah kepada selain Allah bersama ibadah kepada-Nya.

Tauhid itu menjadi asas tegaknya agama dan syarat diterimanya segala bentuk amal kebaikan. Oleh karenanya Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (nabi) sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Tauhid ini meliputi keyakinan, ilmu dan amal perbuatan. Ia menuntut pemurnian segala bentuk ibadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan hanif/bertauhid, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)

Tanpa tauhid maka manusia hanya akan mendekam di dalam azab neraka selama-lamanya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (al-Ma-idah : 72)

Tauhid juga bukan sekedar ucapan di lisan atau keyakinan di dalam hati. Akan tetapi tauhid mengandung ketundukan beribadah dan ketulusan dalam beramal salih dengan segenap anggota badan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *