Tafsir

Membawa Islam Hingga Ajal

Bismillah.

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan sebagai muslim.” (Ali ‘Imran : 102)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan kepada segenap kaum beriman; yaitu orang-orang yang Allah berikan nikmat keimanan di dalam hatinya dan ketundukan beribadah kepada Allah dengan jiwa dan raganya. Sebuah perintah untuk bertakwa kepada Allah; yaitu mencakup sikap patuh dan tunduk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di dalam ayat ini Allah juga melarang mereka dari meninggalkan agama dan keimanan yang telah mereka pegang selama ini.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menukil penafsiran dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu tentang maksud dari perintah bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.

Ibnu Mas’ud berkata :

أن يطاع فلا يعصى ، وأن يذكر فلا ينسى ، وأن يشكر فلا يكفر

“Yaitu Allah ditaati, tidak didurhakai. Allah diingat dan tidak dilupakan. Allah disyukuri dan tidak boleh dikufuri.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir surat Ali ‘Imron ayat 102)

Di dalam kalimat yang ringkas ini Ibnu Mas’ud menjelaskan kepada kita beberapa simpul ketakwaan. Bahwa takwa kepada Allah itu dibangun di atas 3 landasan; ketaatan, dzikir dan syukur. Taat kepada Allah mencakup melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Termasuk bentuk ketaatan adalah sabar dan tawakal kepada Allah. Dzikir kepada Allah mencakup kalimat tauhid, kalimat tasbih, tahmid, takbir, dan membaca al-Qur’an. Adapun syukur kepada Allah meliputi keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan berupa pujian kepada Allah dan menggunakan nikmat yang Allah berikan dalam kebaikan.

Takwa kepada Allah merupakan bekal terbaik bagi seorang hamba. Takwa kepada Allah merupakan kunci keselamatan dan kebahagiaan. Oleh sebab itu Allah menyebut kalimat tauhid sebagai kalimat takwa; karena tauhid merupakan asas dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah. Dengan bertakwa kepada Allah maka seorang hamba akan mendapatkan penjagaan dan perlindungan dari Allah. Allah menjanjikan keberkahan dari langit dan bumi bagi para penduduk negeri yang beriman dan bertakwa. Allah juga menjanjikan rasa aman dan kegembiraan bagi mereka yang beriman dan bertakwa.

Adapun maksud dari firman Allah (yang artinya), “Dan janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan sebagai muslim” maka Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan :

حافظوا على الإسلام في حال صحتكم وسلامتكم لتموتوا عليه ، فإن الكريم قد أجرى عادته بكرمه أنه من عاش على شيء مات عليه ، ومن مات على شيء بعث عليه

“Yaitu jagalah keislaman dalam keadaan kalian masih sehat dan selamat agar kalian bisa meninggal di atas Islam. Karena sesungguhnya Allah Yang Mahamulia telah menetapkan suatu kebiasaan dengan kemurahan dan kemuliaan-Nya bagi siapa saja yang hidup di atas suatu keadaan maka dia akan meninggal di atasnya, dan barangsiapa yang meninggal di atas suatu keadaan niscaya dia juga akan dibangkitkan di atas keadaan itu…” (lihat Tafsir Ibnu Katsir surat Ali ‘Imran ayat 102)

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran betapa pentingnya seorang muslim untuk terus menjaga amal-amal ketaatan, mengerjakan sholat pada waktunya, selalu mengingat Allah dalam segala keadaan, mensyukuri nikmat Allah sehingga Allah tambahkan nikmat kepada kita. Dan nikmat yang terbesar bagi manusia adalah nikmat hidayah Islam. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kita untuk menjaga nikmat yang agung ini sampai kematian tiba. Sebab Allah tidak mungkin menyia-nyiakan amal hamba-Nya.

Demikian sedikit catatan faidah dari ayat yang mulia ini. Semoga Allah berikan kepada kita taufik untuk mengamalkan ilmu yang sudah kita ketahui dan istiqomah hingga ajal tiba.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *