Bismillah.
Salah satu perkara penting dan mendesak tetapi sering dilupakan oleh banyak orang adalah kebutuhan belajar ilmu agama Islam. Belajar agama sering dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Bukan prioritas utama. Terlebih di masa kini ketika propaganda materialisme sudah merembet ke berbagai celah kehidupan kaum muslimin.
Apabila kita cermati hal ini berangkat dari pola pikir dan keyakinan yang keliru bahwa belajar agama tidak perlu dalam-dalam karena khawatir terjebak dalam paham ekstrim dan radikal/terorisme. Sedikit banyak inilah kerancuan yang selama ini dihembus-hembuskan oleh musuh-musuh Islam. Mereka tidak ingin generasi muda Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni. Mereka selalu menggambarkan bahwa jika hukum Islam diterapkan dalam kehidupan maka akan terjadi bencana dan malapetaka kemanusiaan. Subhanallah…
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka.” (ar-Ra’d : 11). Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya yaitu Allah tidak akan mengubah keadaan mereka dari sebelumnya berada dalam afiyat dan kenikmatan sampai mereka sendiri yang mengubah keadaan mereka yang indah/sejahtera; sehingga mereka pun berbuat durhaka kepada Allah (lihat Tafsir al-Baghawi, hal. 670)
Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya sebab kehancuran manusia adalah kedurhakaan kepada Allah. Sebagaimana sebab utama kebahagiaan hidup adalah beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang beramal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman niscaya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan benar-benar Kami akan berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka amalkan.” (an-Nahl : 97)
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Kebahagiaan ada di tangan Allah, dan tidak mungkin ia diraih kecuali dengan ketaatan kepada Allah.” Ketaatan kepada Allah itu dibangun di atas ilmu dan keimanan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Tidak diraih petunjuk kecuali dengan ilmu, dan tidak diraih kelurusan/rasyad kecuali dengan kesabaran.” Sabar dalam keimanan laksana kepala bagi badan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu merupakan syarat untuk meraih kebaikan dalam hal dunia dan akhirat. Oleh sebab itu telah masyhur perkataan para ulama, “Barangsiapa yang menginginkan kebaikan dalam hal dunia maka hendaklah dia membekali diri dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebaikan dalam hal akhirat maka hendaklah dia membekali diri dengan ilmu.”
Demikian sedikit catatan, semoga Allah beri taufik kepada kita untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com
0 Komentar