Bismillah…

Bulan Ramadhan telah berlalu berganti dengan bulan Syawwal dan tidak lama lagi datang Dzulqa’dah. Setelah Dzulqa’dah pun menanti Dzulhijjah, ya.. seolah waktu-waktu ini menjadi medan amal salih yang tidak boleh berhenti bagi bani Adam.

Allah wajib diibadahi bukan hanya di bulan Ramadhan. Allah tetap wajib disembah di bulan Syawwal, Dzulqa’dah maupun bulan-bulan selanjutnya. Oleh sebab itu para ulama selalu mengingatkan kita agar melanjutkan ibadah di luar Ramadhan. Jangan sampai berlalunya Ramadhan membuat kita lalai dan meninggalkan segala bentuk amal kebaikan. Karena Rabb yang kita sembah di bulan Syawwal sama dengan Rabb yang kita sembah di bulan Ramadhan…

Sebagian ulama terdahulu mengatakan, “Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan.” Sebagian mereka juga berkata, “Jadilah kalian orang-orang yang rabbani/penghamba kepada Rabb, janganlah kalian menjadi ramadhani/penghamba kepada Ramadhan…” Semangat untuk berbuat baik adalah warisan kebaikan dari bulan Ramadhan… inilah yang seharusnya kita pelihara dan kita jaga untuk menghadapi perjalanan hari demi hari di bulan berikutnya…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang memperlajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Kitab al-Qur’an tidak hanya dipelajari di bulan Ramadhan. Sebab ia menjadi nafas dan semangat yang selalu memancar dalam hidup seorang mukmin. Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu berkata, “Seandainya bersih hati kita niscaya ia tidak akan pernah merasa kenyang dari menikmati kalam/ucapan Rabb kita.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kewajiban belajar agama dan memahami Islam tidak berhenti dengan perginya bulan Ramadhan. Kewajiban menuntut ilmu terus berlaku sepanjang waktu. Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia membutuhkan ilmu jauh lebih banyak daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali, sedangkan ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Kewajiban beribadah kepada Allah tidaklah habis dengan habisnya bulan Ramadhan. Kewajiban beribadah kepada Allah merupakan tugas dan misi kehidupan yang tidak boleh lepas dari seorang muslim sampai ajal tiba.

Sebesar apa pun pahala yang diraih oleh seorang hamba dengan sedekah dan sholat serta puasa maka hal itu tidak kemudian bisa djiadikan sebagai alasan untuk meninggalkan iman dan ketaatan setelah Ramadhan. Lhatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terus mendorong umatnya untuk melanjutkan puasa wajib dengan puasa sunnah setelah Ramadhan.

Tidaklah dikatakan orang yang sukses dengan Ramadhan kecuali orang yang ketika berjumpa hari setelah Ramadhan dia pun tetap menjalankan kewajibannya kepada ar-Rahman… Sebab baginya hari raya bukanlah ajang foya-foya, hari raya adalah kegembiraan iman yang melazimkan ketundukan kepada hukum dan perintah Allah… Kegembiraan yang melahirkan syukur dan dzikir kepada Allah…

Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk menunaikan kewajiban dan meninggalkan segala bentuk keharaman yang lahir dan yang batin.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com


Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *