Penyucian JiwaPuasa

Membuka Kenangan Ramadhan

Bismillah.

Bulan Ramadhan tidak lama lagi menghampiri. Apa yang masih tersisa dalam benak dan pikiran anda tentang indahnya bulan Ramadhan? Apakah Ramadhan menyisakan kenangan manis atau justru kenangan pahit dalam hidup anda?

Saudaraku yang dirahmati Allah… Datangnya musim-musim kebaikan adalah nikmat besar yang tidak boleh kita sepelekan. Datangnya bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mendulang pahala dan menabung amal ketaatan untuk hari kemudian.

Nabi shallallahuh ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Ramadhan telah datang maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan bulan Ramadhan menjadi sarana untuk mbersihkan diri dari segala bentuk kotoran dosa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Anda yang rindu menikmati sejuknya tilawah al-Qur’an dan tadarus, anda yang merindukan nikmatnya santap sahur dan buka bersama. Anda yang rindu tarawih bersama dan menyimak kultum dan nasihat penyejuk jiwa. Anda yang rindu sholat berjamaah di masjid bersama saudara seaqidah dan seagama. Anda yang rindu menebar kepedulian dan empati kepada manusia.

Ramadhan seolah menyimpan berbagai kenangan indah nan menawan bagi insan bertakwa dan beriman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Menjalankan puasa Ramadhan adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

Orang yang berpuasa menahan makan dan minum serta berbagai pembatal puasa sejak terbit fajar shodiq hingga terbenamya matahari/waktu maghrib. Itu semua dilakukan dengan penuh ketaatan kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya. Inilah bentuk kepasrahan kepada aturan dan hukum Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki beriman atau perempuan beriman apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka…” (al-Ahzab : 36)

Puasa yang akan menempa keikhlasan dan kejujuran imannya. Allah berfirman (yang artinya), “Apakah manusia itu mengira mereka dibiarkan begitu saja mengatakan ‘Kami telah beriman’ kemudian mereka tidak diberikan ujian?” (al-Ankabut : 2)

Allah juga berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang sudah berletih-letih dengan perbuatan dan kegiatan tetapi ternyata amal yang kita lakukan itu sia-sia alias tertolak di hadapan Allah; karena tidak ikhlas atau karena tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Maukah Kami kabarkan kepada kalian mengenai orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia sementara mereka mengira telah melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.” (al-Kahfi : 103-104)

Sebagian ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka apa-apa yang dia rusak jauh lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.”

Sudah berapa banyak Ramadhan yang kita lalui semenjak kita baligh sampai hari ini. Apakah sudah 10 tahun? 20 tahun? Atau bahkan 30 tahun? Sudahkah Ramadhan itu memberikan pengaruh kuat dalam meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah? Ataukah kita tetap dalam keadaan malas beramal salih, tetap dalam kelalaian dari dzikir dan al-Qur’an?!

Ingatlah nasihat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, “Apabila bersih hati kita niscaya ia tidak akan pernah merasa kenyang dari menikmati kalam Rabb kita/yaitu al-Qur’an.” Apakah sebagai seorang muslim kita telah menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan petunjuk perjalanan? Ataukah justru kita lemparkan ayat-ayat dan hadits itu di belakang punggung kita?

Padahal Allah telah menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ramadhan adalah madrasah keimanan dan jembatan keselamatan. Yang di dalamnya kita belajar menempa kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaan. Di dalamnya kita memupuk dzikir, merajut ibadah dan menebar sedekah. Kita belajar untuk menjadi muslim yang bersabar dan bersyukur. Sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa iman itu ada 2 bagian; sabar dan syukur. Sabar saat diberi cobaan dan musibah serta bersyukur saat diberi nikmat dan karunia.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Sabar dalam iman sebagaimana kepala bagi badan. Apabila kepala sudah terputus maka badan tidak lagi bertahan. Ingatlah, tidak ada iman pada orang yang tidak memiliki kesabaran…” Sebagian ulama juga menjelaskan bahwa hakikat sabar adalah tegar di atas al-Kitab dan as-Sunnah.

Ibadah puasa adalah bentuk amal salih, sedangkan amal salih itu merupaan perwujudan dari rasa syukur kepada Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama bahwa hakikat syukur adalah taat kepada Sang pemberi nikmat. Dengan inilah tegak keislaman seorang hamba. Sebagaimana selalu diingatkan bahwa islam merupakan kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.

Seorang muslim yang baik pun akan menjaga lisan dan tangannya dari menyakit dan menzalimi umat manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim itu adalah yang membuat selamat kaum muslim yang lain dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang lain Nabi pun memerintahkan kita untuk berakhlak baik kepada manusia. Inilah diantara hikmah agung dan pelajaran indah yang tersimpan dalam ibadah puasa…

Oleh sebab itu dalam hadits lain juga ditegaskan bahwa barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perilaku bohong serta kejahilan maka Allah sama sekali tidak membutuhkan/yaitu tidak akan memberika pahala atas perbuatannya meninggalkan makanan dan minuman. Sehingga betapa banyak orang yang berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tidak mendapatkan pahala… akibat lisannya yang kotor atau perilakunya yang zalim…

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dari sinilah kita mengetahui bahwa keindahan ibadah puasa Ramadhan itu memancar dalam perilaku dan ucapan seorang muslim.  Oleh sebab itu Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan angan-angan atau sekedar menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.”

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *