Tafsir

Keutamaan Ahli Ilmu

Bismillah.

Allah berfirman :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah; Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu.” (az-Zumar : 9)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata :

لقد مدح الله سبحانه وتعالى العلم وأهله، وحثَّ عباده على العلم والتزود منه وكذلك السنة المطهرة فالعلم من أفضل الأعمال الصالحة، وهو من أفضل وأجلّ العبادات، عبادات التطوع؛ لأنه نوع من الجهاد في سبيل الله

“Sungguh Allah telah memuji ilmu dan ahli ilmu, Allah juga mendorong hamba-hamba-Nya untuk meraih ilmu dan membekali diri dengannya. Begitupula Sunnah yang suci pun menyeru kepada hal itu. Ilmu merupakan bentuk amal salih yang paling utama, ia termasuk ibadah yang paling utama dan paling mulia; yaitu tercakup dalam ibadah tathawwu’/sunnah. Karena ia merupakan bagian dari jenis jihad di jalan Allah.” (Kitabul ‘Ilmi)

Syaikh Khalid as-Sabt hafizhahullah berkata :

 والمقصود بالعلم الخشية، وليس المعلومات الكثيرة والثقافة والحفظ وما أشبه ذلك، فهذا وحده لا يكفي، ولهذا فسر ابن مسعود وغيره العلم بالخشية، قالوا: العلم هو الخشية

“Yang dimaksud dengan ilmu adalah khasy-yah/rasa takut kepada Allah, bukanlah ilmu sekedar wawasan yang banyak atau tsaqafah/pengetahuan dan hafalan atau yang semacam itu. Ini semua tidak cukup. Oleh sebab itu Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu dan para ulama lain menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah rasa takut.” (Syarh Mishbah al-Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir)

Allah berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (Fathir : 8)

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata :

فهم لكمال علمهم بالله هم أشد الناس خشية لله، وأكمل الناس خوفا من الله وعلى رأسهم الرسل والأنبياء عليهم الصلاة والسلام، فهم أكمل الناس خشية لله سبحانه وتعظيما له ثم خلفاؤهم العلماء بالله وبدينه

“Maka mereka (para ulama) karena kesempurnaan ilmu mereka tentang Allah maka mereka lah orang-orang yang paling takut kepada Allah dan paling sempurna takutnya kepada Allah. Dan yang terdepan diantara mereka adalah para rasul dan para nabi ‘alaihimush sholatu was salam; mereka itulah orang yang paling sempurna rasa takutnya kepada Allah dan paling dalam pengagungannya kepada Allah, kemudian setelah mereka adalah para khalifah/pengganti kedudukan para nabi yaitu para ulama yang mengenal Allah dan memahami agama-Nya…” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 5/48)

Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata :

الخشية هي التي تحول بينك وبين معصية الله عز وجل 

“Rasa takut itu adalah yang menghalangimu dari melakukan maksiat kepada Allah ‘azza wa jalla.” (dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya Tafsir Surat Fathir ayat 28)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

خشية الله عزَّ وجلَّ؛ هي الخوف منه، مع إجلاله وتعظيمه، وهذه الخشية لا تكون إلا من عالماً بالله، فمن كان عالماً بالله كان أخشى، فمن كان بالله أعلم كان لله أخشى، وكلما قوي العلم بالله، وبأسمائه، وصفاته قويت خشية الله عزَّ وجلَّ في قلب العبد؛ فمعنى قوله تعالى: ﴿إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ﴾. يعني ما يخشى الله حق خشيته إلا العلماء بالله بأسمائه، وصفاته، وأفعاله، وأحكامه، وشرعه، هؤلاء هم أشد الناس خشية لله عزَّ وجلَّ، وكلما ضعف علم الإنسان بربه ضعفت خشيته له.

Rasa khosy-yah kepada Allah artinya rasa takut kepada-Nya dengan disertai pemuliaan dan pengagungan kepada-Nya. Rasa takut semacam ini tidak bisa tumbuh kecuali dari orang yang benar-benar mengenal Allah. Barangsiapa yang mengenal Allah niscaya dia lebih dalam takutnya kepada Allah. Semakin mengenal Allah membuat orang itu semakin dalam takutnya kepada Allah. Semakin kuat ilmu tentang Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya maka hal itu membuat semakin kuat rasa takut kepada Allah di dalam hati seorang hamba. Maka maksud dari firman Allah ‘Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang berilmu’ ialah tidak merasa takut dengan sebenarnya kecuali para ulama yang mengenal Allah dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan syari’at-Nya. Mereka itulah manusia yang paling dalam rasa takutnya kepada Allah. Semakin lemah ilmu seorang manusia tentang Rabbnya maka semakin lemah pula rasa takutnya kepada Allah.” (Fatawa Nur ‘ala Darb kaset no 228)

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah mengutip perkataan salah seorang salaf bernama Ahmad bin ‘Ashim al-Anthaki rahimahullah seorang penasihat di kota Damaskus :

مَنْ كَانَ بِاللهِ أَعْرَفْ كَانَ مِنْهُ أَخْوَفْ

“Semakin orang itu mengenal Allah maka dia akan semakin dalam rasa takutnya kepada Allah.” Riwayat ini dibawakan oleh Imam al-Marwazi dalam Ta’zhim Qadri Sholah (lihat transkrip ceramah nasihat Syaikh Abdurrazaq berjudul Man Kaana billahi Akhwaf Kaana minhu Akhwaf)

Dari nasihat beliau ini kita bisa mengambil faidah bahwa seorang muslim penting dan wajib untuk mengenali keagungan dan kemuliaan nama dan sifat Allah serta kesempurnaan hukum dan ketetapan-Nya untuk bisa menumbuhkan rasa takut kepada Allah di dalam hatinya. Karena itulah para ulama kita dapati sangat perhatian terhadap ilmu tentang nama dan sifat Allah. Diantara kitab yang sangat bermanfaat dalam hal ini adalah Aqidah Wasithiyah karya Ibnu Taimiyah rahimahullah, Lum’atul I’tiqad karya Ibnu Qudamah rahimahullah, begitu pula Fiqih Asma’ul Husna karya Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah

Demikian sedikit catatan faidah dari para ulama yang bisa kami sajikan -dengan taufik dari Allah semata- untuk para pembaca, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Yogyakarta, Senin 7 Dzulhijjah 1444 H / 6 Juni 2023

Ditulis di markas YPIA Pogungrejo -semoga Allah memberkahinya-

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *