Dakwah Islam

Bersama al-Qur’an

Bismillah.

Tidaklah diragukan oleh seorang muslim bahwa al-Qur’an mengandung petunjuk dan bimbingan menuju kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

Allah menyebut al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia -sebagaimana ketika Allah menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya al-Qur’an- karena memang manusia dari mana pun dan dari suku bangsa apa pun bisa mengambil ilmu dan keterangan yang ada di dalamnya. Akan tetapi yang bisa mengambil pelajaran dan nasihat darinya hanyalah mereka yang diberi taufik oleh Allah dan memiliki akar ketakwaan di dalam hatinya. Oleh sebab itu di dalam ayat yang lain Allah menyebut bahwa al-Qur’an itu menjadi petunjuk bagi kaum yang bertakwa.

Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Iman mencakup ilmu dan amalan. Mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Inilah hakikat shirothol mustaqim/jalan yang lurus yang kita meminta kepada Allah petunjuk untuk bisa berjalan di atasnya. Syaikh as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menerangkan bahwa hakikat jalan lurus ini adalah ma’rifatul haqqi wal ‘amalu bihi; mengetahui kebenaran dan beramal dengannya.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau memperindah penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.” Hasan al-Bashri adalah salah seorang ulama besar dari generasi tabi’in menengah. Apa yang beliau sampaikan ini menggambarkan kepada kita bahwa iman tidak cukup dengan keyakinan dan tidak pula dengan sekedar slogan dan penampilan.

Iman ini harus mencakup keyakinan di dalam hati, ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Demikian pula ketakwaan kepada Allah meliputi keikhlasan hati, ketundukan kepada perintah dan larangan Allah dan pengagungan serta kecintaan kepada-Nya. Ibadah yang merupakan simbol ketakwaan tegak di atas pondasi kecintaan dan pengagungan. Ibadah yang tidak disertai kecintaan kepada Allah maka itu bukanlah ibadah. Dan ibadah yang tidak disertai dengan ketundukan dan perendahan diri kepada Allah maka itu adalah kesombongan dan keangkuhan.

al-Qur’an memberikan petunjuk dan arahan kepada kita untuk beribadah kepada Allah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Oleh sebab itu di dalam banyak ayat Allah menceritakan tentang keagungan-Nya, kemuliaan-Nya dan begitu banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada manusia, meskipun hanya sedikit diantara manusia yang pandai bersyukur kepada-Nya. Dengan memperhatikan curahan dan limpahan nikmat kepada hamba niscaya tumbuh kecintaan kepada Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan (sesembahan); mereka mencintainya sebagaimana kecintaan kepada Allah, sedangkan orang-orang beriman sangat dalam cintanya kepada Allah.” (al-Baqarah : 165)

‘Alhamdulillah’ adalah kalimat yang kita baca setiap hari di dalam sholat wajib dan sholat sunnah dan bahkan dalam dzikir serta banyak kesempatan. Para ulama menyebut kalimat ‘alhamdulillah’ sebagai ucapan dari orang yang bersyukur. Di dalam kalimat alhamdulillah ini terkandung pujian kepada Allah yang dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullah dalam tafsirnya. Alhamdulillah ini pula salah satu dari 4 kalimat yang paling dicintai Allah, 3 kalimat yang lain adalah; subhanallah, laa ilaha illallah dan Allahu akbar

Di dalam al-Qur’an Allah pun banyak mengawali surat dengan kalimat alhamdulillah. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya syukur kepada Allah. Sebagaimana diterangkan para ulama bahwa syukur menjadi sebab bertahannya nikmat dan bertambahnya nikmat. Syukur itu menempati porsi separuh agama, karena separuhnya lagi dibangun di atas kaidah sabar. Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa iman itu ada dua bagian; sabar dan syukur.

Di dalam ayat al-Qur’an Allah juga menyebut syukur bersanding dengan dzikir kepada-Nya. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa keduanya (dzikir dan syukur) menjadi pilar utama dalam tegaknya agama dan penghambaan kepada Allah. Apabila syukur menjadi sebab nikmat bertahan dan bertambah, maka dzikir merupakan sebab hidupnya hati dan datangnya pertolongan Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perumpamaan orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari). Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan; bagaimana kiranya keadaan seekor ikan apabila ia memisahkan diri dari air?”. Perkataan ini dinukil oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya al-Wabil ash-Shayyib.

Ketika manusia itu berada antara bisikan hawa nafsu dan godaan setan sehingga ia pun kerapkali jatuh dalam perbuatan dosa dan maksiat maka Allah pun memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dan beristighfar kepada-Nya. Dalam al-Qur’an Allah memerintahkan kita untuk bersegera menyambut ampunan dan surga-Nya. Bahkan Allah memerintahkan semua kaum beriman untuk bertaubat kepada-Nya. Dan orang yang bertaubat dengan tulus dari suatu dosa maka seolah-olah dia tidak lagi memiliki dosa… Inilah besarnya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bergelimang dengan dosa…

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat dari pelaku dosa di siang hari dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat dari pelaku dosa di malam hari.” (HR. Muslim)

Penyusun : Redaksi www. al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *