AqidahIlmuSalaf

Kebutuhan Belajar Aqidah

Bismillah.

Imam Bukhari rahimahullah membuat bab di dalam Kitabul Ilmi dengan judul Bab, Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Hal ini sangat jelas, karena dengan ilmu itulah ucapan dan amalan akan menjadi benar; sesuai dengan tuntunan dan ikhlas karena Allah.

Ilmu yang paling utama adalah yang membantu seorang hamba untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Beribadah kepada Allah tidak mungkin bisa dilakukan dengan benar kecuali dengan ilmu; yaitu ilmu tauhid dan aqidah.

Ilmu aqidah dan tauhid merupakan ilmu yang paling pokok dan paling utama; karena ia menjelaskan kandungan dari kalimat syahadat dan pokok-pokok keimanan. Dengan tauhid inilah Allah mengutus setiap rasul. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiyaa’ : 25)

Kebutuhan manusia kepada ilmu aqidah lebih besar daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Sebab dengan aqidah inilah hati mereka menjadi hidup dan mengenal Rabbnya. Dengan aqidah tauhid inilah manusia akan terjaga dari jurang syirik dan kehancuran. Allah berfirman (yang artinya), “Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar akan termasuk golongan orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Diantara kitab-kitab yang sangat bermanfaat untuk dipelajari dalam ilmu tauhid adalah kitab-kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yaitu : Kitab Tauhid, Ushul Tsalatsah, dan Qawa’id Arba’. Melalui kitab-kitab inilah beliau memperbaiki -dengan taufik Allah- kondisi masyarakatnya yang tenggelam dalam berbagai bentuk penyimpangan aqidah. Kitab-kitab yang menjelaskan aqidah Islam dari al-Kitab dan as-Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh para pendahulu umat ini. Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak akan memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang memperbaiki keadaan generasi awalnya.”

Diantara ketiga kitab tersebut, kitab Ushul Tsalatsah adalah yang paling mendasar untuk dipelajari oleh setiap penimba ilmu. Karena di dalamnya dikenalkan tiga pokok agama; mengenal Allah, mengenal Islam, dan mengenal nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiga hal ini merupakan jawaban mendasar atas tiga pertanyaan kubur yang akan ditanyakan kepada setiap orang di dalam kuburnya. Tidak ada yang bisa menjawabnya kecuali mereka yang benar-benar beriman dan menjaga tauhidnya dari syirik dan perusak keislaman. Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat benar-benar akan termasuk golongan orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Dengan ketiga pokok inilah seorang muslim akan bisa merasakan lezatnya keimanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim). Meridhai Allah sebagai Rabb mengandung konsekuensi mentauhidkan Allah dan tunduk kepada hukum dan ajaran-Nya. Meridhai Islam sebagai agama mengandung konsekuensi berpegang-teguh dengan petunjuk Islam dan mencampakkan segala bentuk kekafiran. Dan meridhai Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul mengandung konsekuensi ittiba’ dan mengikuti ajarannya.

Diantara ketiga pokok ini mengenal Allah merupakan ilmu yang paling mulia dan kunci utama kebahagiaan seorang hamba. Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Telah pergi para penduduk dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling indah di dalamnya.” Orang-orang bertanya, “Apakah itu yang paling indah di dunia, wahai Abu Yahya?” beliau pun menjawab, “Mengenal Allah ‘azza wa jalla.” Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa mengenal Rabbnya niscaya akan mengenal apa-apa selain-Nya…” Wallahul muwafiq.

  

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *