Bismillah.

Allah berfirman :

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah; Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri; Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala bentuk dosa. Sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (az-Zumar : 53)

Ayat yang mulia ini disebut oleh para ulama dengan ayat yang paling menumbuhkan harapan di dalam al-Qur’an. Dalam tafsir ath-Thabari disebutkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa ini merupakan ayat yang paling memberikan solusi atau jalan keluar; yaitu bagi para pelaku dosa.

Syaikh Bin Baz rahimahullah dalam Fatawa ad-Durus -sebagaimana termuat dalam website resminya- menjelaskan bahwa para ulama bersepakat mengenai orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang-orang yang bertaubat. Artinya bagi para pelaku dosa apa pun -termasuk di dalamnya kekafiran dan kesyirikan- maka dia tetap bisa diterima taubatnya selama mereka memenuhi syarat-syarat taubat.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam Tafsir Surat az-Zumar juga menyatakan bahwa para ulama sepakat bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas adalah bagi orang-orang yang bertaubat.

Di dalam ayat ini Allah melarang hamba-hamba-Nya dari berputus asa dan habis harapan terhadap rahmat-Nya. Karena sebesar apapun dosa itu jika pelakunya mau bertaubat niscaya Allah akan mengampuni dosanya. Dari sinilah kita mengetahui betapa luas rahmat Allah bagi umat manusia.

Para ulama juga menjelaskan bahwa harapan (roja’) yang sebenarnya adalah harapan yang disertai dengan usaha untuk memperbaiki diri atau beramal salih; baik itu dalam bentuk meninggalkan maksiat dan kesalahan atau dalam bentuk menunaikan kewajiban yang ditinggalkan. Adapun harapan tanpa ada usaha melakukan kebaikan dan taubat maka itu adalah angan-angan kosong.

Allah berfirman :

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ

“Dan sesungguhnya Aku (Allah) benar-benar Mahapengampun terhadap orang yang bertaubat, beriman dan beramal salih kemudian mengikuti petunjuk.” (Thaha : 82)

Para ulama juga telah menyebutkan beberapa syarat diterimanya taubat; diantaranya adalah dilakukan dengan ikhlas karena Allah, dia mengakui perbuatan dosanya itu, dia meninggalkan dosanya, dia menyesali dosa atau kesalahannya, dia pun bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan apabila dosa itu berupa kezaliman kepada orang lain maka harus meminta maaf kepadanya atau melakukan sesuatu yang bisa menghapus kesalahannya itu, dan taubat dilakukan sebelum nyawa berada di tenggorokan.

Taubat inilah jalan yang akan mengantarkan kaum beriman menuju keberuntungan. Allah senantiasa membuka kesempatan untuk bertaubat selama matahari belum terbit dari arah barat. Sepanjang malam dan siang Allah bentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya. Bahkan pada setiap hari pada sepertiga malam terakhir Allah turun ke langit dunia sembari menawarkan kepada hamba-hamba-Nya apakah ada diantara mereka yang berdoa sehingga Allah kabulkan, apakah ada diantara mereka yang beristighfar sehingga Allah ampuni dosa-dosanya…

Jadi, tunggu apalagi? Mari kita manfaatkan sisa umur kita ini dalam kebaikan dan terus berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah di saat sendirian maupun ketika bersama orang lain. Tutup semua pintu dan celah yang menyeret kepada kemaksiatan… Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk menjadi hamba-hamba yang bertaubat dengan tulus dan istiqomah di atas jalan-Nya…

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Alhamdulillah selesai disusun di Markas YPIA Pogungrejo Sinduadi Mlati Sleman


Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *