Syarah Kitab

Ilmu Paling Pokok

Bismillah.

Diantara faidah dan pelajaran penting yang kita petik dari penjelasan para ulama terhadap matan Ushul Tsalatsah/tiga landasan utama adalah bahwa menimba ilmu agama termasuk kunci pokok yang akan membuka jalan kebahagiaan bagi seorang insan.

Penulis kitab Ushul Tsalatsah telah menjelaskan bahwa ilmu yang paling pokok adalah mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan berdasarkan dalil-dalil. Inilah tiga ilmu utama yang wajib untuk dimengerti oleh setiap muslim. Oleh sebab itu di alam kubur seorang akan ditanya tentang 3 hal; ‘Siapa Robbmu, siapa nabimu, dan apa agamamu’. Tidak ada yang bisa menjawabnya kecuali orang beriman yang Allah beri keteguhan dengan ilmu dan pemahaman di dalam hatinya.

Apabila kita ringkas ketiga materi ilmu ini telah terwakili dalam istilah ilmu aqidah, atau lebih khusus lagi aqidah tauhid. Aqidah yang mengajarkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, dan tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan mengikuti syariat dan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah poros utama agama Islam yang terkandung di dalam 2 kalimat syahadat.

Oleh sebab itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah di negeri Yaman, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” dalam riwayat lain, “syahadat laa ilaha illallah…” (HR. Bukhari)

Banyak orang mengira bahwa kalimat syahadat sudah cukup untuk menyelamatkan dari kekalnya api neraka. Padahal kaum munafikin yang dihukum kekal di neraka adalah orang-orang yang juga mengucapkan 2 kalimat syahadat. Sesungguhnya syahadat yang diterima di sisi Allah adalah yang memenuhi rukun dan syaratnya. Orang yang menjaga syahadatnya agar tidak rusak dan batal karena berbagai bentuk syirik, kekafiran dan kemunafikan. Artinya, syahadat ini harus dilandasi dengan ilmu yang benar dan diwujudkan dalam amal perbuatan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengilmui/memahami laa ilaha illallah niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Muslim). Di dalam hadits lain juga diterangkan bahwa kalimat syahadat yang diterima adalah yang diucapkan dengan mengharapkan wajah Allah; yaitu syahadat yang dibangun di atas keikhlasan. Selain itu dijelaskan dalam hadits lainnya bahwa syahadat yang dimaksud adalah yang disertai sikap menolak segala bentuk sesembahan selain Allah. Bahkan di dalam al-Qur’a telah dijelaskan bahwa orang yang berpegang-teguh dengan urwatul wutsqo/buhul yang terkuat yaitu laa ilaha illallah adalah yang beriman kepada Allah dan kufur kepada thaghut/segala sesembahan selain Allah.

Hal ini juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa keimanan kepada Allah adalah pokok tegaknya agama Islam. Orang yang beriman adalah yang meyakini iman itu di dalam hatinya, diucapkan dengan lisannya, dan diamalkan dengan anggota badan. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.”

Dengan demikian apa yang dimaksud dalam hadits, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim) telah mencakup wajibnya memahami pokok keimanan dan aqidah tauhid. Karena tidak akan benar agama seorang hamba tanpa pokok-pokok keimanan dan tauhid kepada Allah. Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa tauhid merupakan kunci kebaikan dan pondasi kebahagiaan dan keselamatan setiap insan.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *