Belajar Jarak Jauh

Belajar Aqidah dari Dasar

Bismillah.

Diantara perkara yang sangat penting saat ini adalah mengingatkan kembali kepada kaum muslimin secara umum dan generasi muda secara khusus untuk terus bersemangat mempelajari aqidah Islam. Aqidah merupakan keyakinan yang menjadi pondasi bagi bangunan agama seorang hamba. Sebab kedudukan aqidah laksana jantung dalam tubuh manusia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita cara yang tepat dan bijak untuk membina umat di atas aqidah yang lurus dan bersih dari segala bentuk syirik dan khurafat. Perjuangan dakwah beliau di Mekah selama 10 tahun lebih mencerminkan prioritas aqidah dalam memperbaiki keadaan umat manusia. Seperti inilah manhaj/metode yang ditempuh oleh para rasul.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut/sesembahan selain Allah.” (an-Nahl : 36). Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa thaghut itu seperti para dukun, ada juga yang menerangkan bahwa thaghut itu seperti setan/Iblis. Sebagian ulama menjelaskan bahwa thaghut adalah segala bentuk sesembahan selain Allah dan ia ridha dengan penyembahan kepada dirinya.

Untuk belajar aqidah dari dasar kita bisa melihat surat-surat yang turun di Mekah dan banyak membahas seputar aqidah, keimanan, dan keyakinan tentang hari akhir. Kita juga bisa merenungkan kandungan surat al-Fatihah yang setiap hari kita baca dalam sholat. Terutama dalam kalimat yang berbunyi ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Ayat ini disebut sebagai intisari dari ajaran al-Qur’an.

Di dalamnya terkandung kewajiban memurnikan ibadah kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk syirik. Inilah hak Allah yang wajib dipenuhi oleh segenap hamba di alam semesta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaklah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim). Inilah yang dikenal dengan tauhid kepada Allah; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah.

Tauhid ini pula tujuan pokok kita diciptakan oleh Allah di muka bumi ini; yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Ibadah kepada Allah tidak akan diterima tanpa tauhid, sebagaimana sholat tidak diterima tanpa thaharah/bersuci.

Maka wajib bagi segenap kaum muslimin untuk belajar tentang aqidah dan keimanan yang dengan itu akan menjadi lurus dan benar agama mereka. Sebab apabila syirik mencampuri iman dan amal ibadah akan menghancurkan amal-amal dan ketaatan yang telah diupayakan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Semoga Allah berikan taufik kepada kami dan para pembaca untuk menjadi hamba Allah yang ikhlas dalam beribadah.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *