Ibadah

Ayo Luruskan Niat

Bismillah.

Diantara nasihat yang sering diulang-ulang oleh para ulama adalah kewajiban untuk meluruskan niat dalam beramal kebaikan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu dalam khutbahnya menyampaikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘innamal a’maalu bin niyaat’; “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Bukhari rahimahullah memulai kitab Sahihnya dengan hadits ini. Begitu pula Imam Nawawi rahimahullah dalam Arba’in Nawawiyah dan Imam Abdul Ghani al-Maqdisi rahimahullah dalam Umdatul Ahkam. Meluruskan niat bukan perkara ringan. Sebagian salaf berkata, “Tidaklah aku mengobati/memperbaiki sesuatu yang lebih berat daripada niatku.” Sebagian ulama terdahulu berkata, “Tidaklah aku berjuang menundukkan diriku dengan sebuah perjuangan yang lebih keras daripada perjuangan untuk menuju ikhlas.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah berfirman, “Aku Dzat Yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amal seraya mempersekutukan diri-Ku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia bersama syiriknya itu.” (HR. Muslim)

Perintah untuk ikhlas dalam beribadah merupakan kewajiban paling agung yang diturunkan di dalam Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan hanif/bertauhid, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)

Ikhlas tidak akan terwujud kecuali dengan membersihkan hati dan amalan dari noda-noda syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah memerintahkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya…” (al-Israa’ : 23). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36)

Apabila suatu amal itu ikhlas dan sesuai tuntunan maka ia termasuk amalan yang diterima oleh Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Membersihkan niat dari hal-hal yang merusak keikhlasan merupakan perjuangan seumur hidup. Perjuangan yang harus dilakukan selama hayat dikandung badan. Seorang muslim harus berusaha mempelajari ilmu agama agar dia bisa mengetahui apa saja yang bisa merusak keikhlasan. Dia juga harus belajar ilmu agama untuk mengenali bagaimana tata-cara beribadah yang dituntunkan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia pasti tertolak.” (HR. Muslim). Oleh sebab itu para ulama menegaskan bahwa barangsiapa yang beramal tanpa ilmu niscaya apa yang dia rusak jauh lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki. Betapa banyak orang yang menghendaki kebaikan tetapi tidak berhasil menepatinya.

Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Maukah kami kabarkan kepada kalian mengenai orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia amal usahanya di dalam kehidupan dunia sementara mereka mengira bahwa dirinya telah melakukan perbuatan dengan sebaik-baiknya.” (al-Kahfi ; 103-104)

Semoga Allah berikan taufik kepada kami dan para pembaca untuk menjadi orang yang ikhlas dalam beramal salih. Aamiin.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *