Amal Buah Ilmu
Bismillah.
Diantara faidah yang sangat berharga dari penjelasan para ulama terhadap risalah Ushul Tsalatsah adalah pentingnya melahirkan amal dari ilmu yang ada pada seorang hamba. Sebab ilmu yang dipelajari adalah sarana untuk beramal. Ibarat sebuah pohon, maka amal adalah buahnya. Sebagian salaf pun menegaskan bahwa ilmu lebih diutamakan dari selainnya karena ia menjadi sarana untuk bertakwa.
Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa tidak ada keutamaan pada ilmu yang tidak membuahkan iman, amal dan ketakwaan. Oleh sebab itu dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, “Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat -yang dihafal atau disampaikan-. Akan tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah.” Ini termasuk faidah yang sangat penting bagi kita.
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam mukadimah Ushul Tsalatsah telah menjelaskan 4 kewajiban; ilmu, amal, dakwah dan sabar. Keempat hal ini menjadi kunci kebahagiaan dan keberuntungan. Sebagaimana terkandung dalam surat al-‘Ashr. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)
Amal merupakan salah satu kunci pokok untuk meraih kesuksesan. Karena itulah para ulama terdahulu seperti Imam al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah menyusun sebuah risalah khusus berjudul Iqtidha’ul ‘ilmi al’amala; bahwa ilmu itu menuntut amalan. Dengan demikian ilmu kaum salaf adalah ilmu yang membuahkan amal salih, bukan sekedar wawasan atau teori di atas kertas. Ilmu yang tidak hanya menonjolkan kecerdasan tetapi juga menjunjung tinggi penyucian jiwa dan pengagungan terhadap dalil.
Berbeda dengan ilmu kaum kholaf atau ahlul kalam yang terjebak dalam filsafat dan pemujaan terhadap akal. Karena itulah Imam al-Auza’i rahimahullah berpesan, “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak kaum salaf/para sahabat Nabi meskipun orang-orang menolakmu, dan waspadalah dari pendapat akal-akal manusia walaupun mereka menghiasinya dengan ucapan-ucapan yang indah/manis.”
Diantara bentuk amal yang paling wajib adalah amalan hati seperti cinta, takut, dan harap; yang ketiga hal ini merupakan pilar-pilar ibadah hati. Selain itu, terdapat amalan-amalan yang sangat agung dan menjadi pondasi tegaknya agama Islam semacam ikhlas, sabar dan tawakal. Tentu saja semua amal ini harus tegak di atas tauhid kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Seorang muslim pun tidak boleh meninggalkan sholat wajib 5 waktu yang ia menjadi ciri pembeda antara kaum beriman dengan pengikut kekafiran.
Iman yang benar adalah ilmu yang membuahkan amal perbuatan. Sebagaimana dijelaskan oleh seorang tabi’in yang mulia Imam Hasan al-Bashri rahimahullah, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan semata. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibktikan dengan amal-amal perbuatan.”
Para ulama salaf adalah orang-orang yang sangat bersemangat dalam mencari ilmu dan juga mengamalkannya. Oleh sebab itu mereka mempelajari ilmu agama ini secara bertahap sedikit demi sedikit. Oleh sebab itu dikatakan oleh sebagian ulama bahwa ‘ilmu itu dipelajari seiring dengan perjalanan siang dan malam’. Tidaklah berlebihan pula jika dikatakan bahwa menuntut ilmu adalah kebutuhan harian seorang muslim pecinta hidayah. Bagaimana tidak?! Sedangkan setiap pagi ba’da subuh dia berdoa kepada Allah meminta ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima dan rezeki yang thoyyib/baik.
Alhamdulillah pada zaman ini ada banyak sarana yang bisa digunakan untuk menuntut ilmu dan menge-charge keimanan. Nikmat yang Allah berikan kepada kita berupa kecanggihan teknnologi informasi dan media sosial yang bisa diakses dengan mudah melalui HP setiap hari. Maka sungguh mengherankan apabila kita tersibukkan dengan sarana dan aneka fatamorgana lalu melupakan tujuan hidup kita sebagai manusia.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca. Aamiin.
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com