Tak Cukup Bermodal Semangat
Bismillah.
Alhamdulillah atas nikmat Islam yang Allah berikan kepada kita. Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya untuk segenap manusia. Amma ba’du.
Diantara pelajaran yang sangat berharga dari penjelasan para ulama terhadap kitab Ushul Tsalatsah adalah mengenai pentingnya berdakwah di jalan Allah; mengajak manusia kepada ilmu dan amal salih.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa ilmu dan amal yang dimiliki oleh seorang hamba merupakan bekal untuknya dalam memperbaiki diri dan memperkuat iman dan ketakwaan. Karena tanpa ilmu mustahil bisa terwujud kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu)
Setelah berbekal dengan ilmu dan amal, seorang muslim punya tugas untuk menebar kebaikan kepada sesama manusia. Oleh sebab itulah umat Islam ini digelari dengan umat terbaik yang dikeluarkan bagi manusia disebabkan mereka menegakkan dakwah, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dakwah yang dilandasi dengan ilmu dan dibarengi dengan sifat kasih sayang.
Para ulama menjelaskan bahwa ilmu itu dibangun di atas rahmat/kasih sayang. Ilmu sebelum berdakwah dibutuhkan oleh para pejuang dakwah di lapangan. Ilmu tentang materi yang akan disebarkan, ilmu tentang tata-cara dan metode dalam berdakwah, dan ilmu seputar kondisi orang-orang yang didakwahi. Inilah yang disebut dengan bashirah/pemahaman yang wajib dimiliki seorang pejuang dakwah…
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku mengajak menuju Allah di atas bashirah/hujjah yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Yusuf : 108). Hal ini memberikan faidah bahwa dakwah butuh keikhlasan dan niat yang tulus. Dakwah juga memerlukan bekal ilmu dan pemahaman. Tidak cukup bermodal semangat ataupun mengandalkan perasaan saja.
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah dalam mukadimah Ushul Tsalatsah telah menegaskan bahwa setelah ilmu dan amal, maka kewajiban kita adalah menegakkan dakwah ini. Dalam karya beliau yang lain, yaitu Kitab Tauhid, beliau pun mewanti-wanti bahwa banyak orang yang menggerakkan dakwah tetapi ternyata dia justru menggiring orang -dengan dakwahnya- menuju kepentingan dirinya sendiri… Sungguh, ini adalah nasihat yang sangat bermanfaat bagi semua pecinta dakwah Sunnah…
Syaikh as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya ketika menjelaskan kandungan surat al-‘Ashr memaparkan bahwa dengan ilmu/iman dan amal seorang muslim telah berupaya memperbaiki keadaan dirinya -secara personal- sedangkan dengan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran; yaitu dengan dakwah dan sabar ia sedang berjuang untuk memperbaiki keadaan orang lain.
Melibatkan diri dalam dakwah adalah kebutuhan kita. Karena dakwah merupakan kewajiban agung bagi kaum muslimin yang ‘membutuhkan’ partisipasi dari berbagai pihak. Dakwah tauhid ini merupakan mega proyek kebaikan yang melibatkan ribuan bahkan jutaan manusia di berbagai penjuru dunia. Sebagai bentuk pelaksanaan misi dan hikmah penciptaan kita dalam rangka mengabdi kepada Allah semata.
Jangan kita terpedaya dengan jumlah yang banyak. Karena ternyata di suatu masa jumlah yang banyak itu seperti buih banjir. Sehingga jumlah yang banyak tidak berdaya untuk menghadapi gempuran musuh dari berbagai arah dan kekuatan. Sebaliknya, betapa banyak kelompok yang kecil bisa mengalahkan kelompok yang besar dengan izin dan pertolongan Allah.
Jadi, masalahnya adalah apakah kita ingin termasuk orang yang ingin meraih pertolongan Allah itu -dengan membela agama dan dakwah ini- atau kita justru lari meninggalkan medan perjuangan?!
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com