Penyucian Jiwa

Ramuan Takwa dan Syukur

Bismillah.

Diantara perkara yang diwasiatkan oleh para ulama adalah hendaknya kita selalu menjaga takwa dan syukur kepada Allah. Takwa merupakan bekal terbaik bagi manusia dalam menyambut akhirat. Syukur merupakan pengikat nikmat dan sebab bertambahnya nikmat.

Thalq bin Habib rahimahullah berkata, “Takwa adalah kamu melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan mengharapkan pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut akan hukuman Allah.”

Banyak sekali keutamaan takwa. Diantaranya takwa menjadi sebab masuk ke dalam surga. Oleh sebab itu Allah siapkan surga bagi orang-orang yang muttaqin/ahli takwa. Takwa juga menjadi sebab datangnya solusi bagi berbagai bentuk permasalahan. Takwa pun menjadi sarana untuk mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Pada hakikatnya syukur merupakan bagian dari ketakwaan kepada Allah. Karena Allah perintahkan hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya. Sebagaimana halnya takwa, syukur juga memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan. Diantaranya adalah syukur menjadi sebab terselamatkan dari azab Allah.

Sebagaimana halnya iman, syukur juga mencakup amalan hati, lisan dan anggota badan. Para ulama menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah dengan menaati Allah yang telah memberikan kenikmatan. Sehingga amal salih merupakan buah dari syukur kepada Allah.

Mentauhidkan Allah pada hakikatnya juga termasuk bagian dari syukur kepada Allah dan asas ketakwaan. Karena hanya Allah yang menciptakan dan memberikan rezeki kepada kita maka hanya Allah lah yang berhak untuk disembah. Ibadah kepada Allah inilah bentuk syukur hamba kepada Rabbnya. Sehingga orang musyrik bukan termasuk golongan hamba-hamba yang bersyukur kepada Allah dengan sebenarnya.

Begitu pula orang yang senantiasa durhaka kepada Allah, tidak termasuk dalam golongan hamba yang pandai bersyukur kepada Allah. Bagaimana mungkin seorang hamba mengaku cinta kepada Rabbnya sedangkan dia lancang dan durhaka kepada-Nya, karena orang yang mencintai dengan sebenarnya pasti akan tunduk dan patuh kepada Dzat yang dicintainya.

Di sisi lain, ketakwaan kepada Allah itu dibangun di atas dzikir dan kesabaran. Oleh sebab itu Allah sering menggandengkan antara sabar dengan syukur dan mengaitkan antara dzikir dengan syukur. Sebagaimana Allah juga mengandengkan syukur dengan iman. Baik itu sabar, dzikir, syukur maupun iman dan ketakwaan; semuanya selalu memberikan manfaat berupa ketenangan dan kebahagiaan di dalam hati.

Inilah kebahagiaan yang diungkapkan oleh Malik bin Dinar rahimahullah, “Orang-orang yang malang dari penduduk dunia; mereka telah keluar darinya dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling baik/nikmat di dalamnya.” Orang-orang pun bertanya, “Wahai Abu Yahya, apakah itu sesuatu yang paling baik/nikmat di dalamnya?” beliau menjawab, “Yaitu mengenal Allah ‘azza wa jalla.”

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *