AqidahManhajMuhasabah

Nikmat Yang Disepelekan

Bismillah.

Menjadi pengikut rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat agung yang banyak dilalaikan oleh manusia. Sebab ketaatan kepada rasul merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menaati rasul itu sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80). Sebagaimana kesetiaan kepada ajarannya adalah sebab kecintaan dan ampunan dari Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Hidayah yang Allah turunkan kepada manusia melalui perantara kitab-kitab-Nya dan bimbingan para rasul adalah sebab kebahagiaan dan keselamatan. Karena itulah berpaling dari hidayah dan mencampakkannya merupakan jalan kehancuran. Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang menentang rasul itu setelah jelas baginya petunjuk, Kami akan palingkan dia kemana dia berpaling dan Kami akan masukkan dia ke dalam Jahannam; dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisaa’ : 115)

Mengikuti petunjuk Allah akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup yang sejati. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Ibnu Abbas berkata, “Allah memberikan jaminan bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya; bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”

Sebagaimana hidayah Islam itu adalah nikmat, maka hidayah mengikuti ajaran/sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat agung yang tidak boleh diremehkan. Imam Malik rahimahullah mengingatkan kepada kita tentang pentingnya nikmat sunnah ini, “as-Sunnah adalah perahu Nuh; barangsiapa menaikinya selamat dan barangsiapa tertinggal darinya tenggelam.” Banyak orang tidak sadar bahwa dirinya berada dalam nikmat yang sangat besar; menjadi pengikut sunnah/ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak sedikit orang yang lebih bangga karena menjadi pengikut fulan dan fulan, sementara kedudukan rasul seolah telah lenyap dari keyakinan dan ingatannya. Dia lebih kagum dengan pendapat dan ucapan tokoh ini dan itu sementara hadits dan petunjuk rasul dianggap angin lalu yang tidak ada nilainya sama sekali. Dia lebih segan kepada tradisi nenek moyang dan budaya warisan leluhur daripada hukum dan syari’at nabi akhir zaman. Seolah sudah hilang darinya peringatan dari Allah (yang artinya), “Dan tidak pantas bagi lelaki yang beriman atau perempuan yang beriman; apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara ternyata masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka…” (al-Ahzab : 36)

Saudaraku -yang dirahmati Allah- Allah yang telah menciptakan kita dan memberi rezeki kepada kita, maka Allah pula yang lebih mengetahui jalan yang akan mengantarkan manusia menuju bahagia atau sengsara. Allah telah menerangkan jalan itu di dalam kitab-Nya dan penjelasan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku pasti akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Barangsiapa taat kepadaku masuk surga, dan barangsiapa durhaka kepadaku dia lah yang enggan.” (HR. Bukhari)

Hidayah untuk mengenali dan mengikuti ajaran rasul adalah nikmat yang sangat agung. Dengan hidayah itulah hati seorang hamba menjadi hidup dan bergerak dalam ketaatan. Akan tetapi yang menjadi inti permasalahan adalah praktek nyata dalam kehidupan, bukan sekedar pengakuan tanpa bukti. Banyak orang mengaku pengikut nabi dan cinta rasul tetapi pada kenyataannya mereka justru merusak ajarannya, melecehkan syari’atnya, dan membuat perkara-perkara baru yang secara tidak langsung mengandung tuduhan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhianati risalah yang diemban olehnya, Allahul musta’aan….

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *