Musibah atau Nikmat

Bismillah.

Salah satu ciri yang membedakan orang beriman dengan orang kafir adalah bahwa mereka bersabar dalam menghadapi musibah dan mensyukuri nikmat dari Rabbnya.

Allah berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

Ujian kepada manusia dalam bentuk musibah dan juga nikmat. Nikmat diberikan untuk menguji siapakah diantara mereka yang pandai bersyukur. Di dalam al-Qur’an Allah telah mengabarkan bahwa betapa sedikit diantara hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Allah juga mengabarkan bahwa jika kita mengikuti kebanyakan manusia di atas muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkan kita dari jalan Allah…

Musibah adalah bagian dari takdir Allah kepada hamba. Tidaklah ada satu pun musibah yang terjadi kecuali dengan izin-Nya. Allah Mahaadil lagi Mahabijaksana. Allah sama sekali tidak menzalimi hamba-Nya. Bahkan bersabar dalam menghadap takdir Allah yang terasa berat atau menyakitkan merupakan bagian tidak terpisahkan dari iman kepada Allah. Orang mukmin akan merasa ridha dengan perbuatan-Nya…

Para ulama salaf telah menjelaskan kepada kita bahwa hakikat nikmat adalah yang bisa membuat kita semakin dekat dengan Allah. Adapun perkara-perkara yang justru membuat kita semakin jauh dari Allah adalah malapetaka yang sesungguhnya. Abu Hazim rahimahullah berkata, “Semua nikmat yang tidak semakin mendekatkan diri kepada Allah maka itu adalah baliyyah/malapetaka.”

Oleh sebab itu seringkali manusia menjadi lebih dekat kepada Allah, kembali dan bertaubat kepada-Nya setelah tertimpa musibah dan kesulitan. Jauh lebih dekat dan lebih tunduk kepada Allah daripada sebelum ia tertimpa musibah duniawi. Tidak sedikit orang yang justru semakin arogan, sombong, durjana dan durhaka dengan limpahan nikmat dan kemudahan yang diberikan kepadanya.

Jika kita cermati di dalam al-Fatihah yang setiap hari kita baca maka kita akan bisa mengerti bahwa kenikmatan sejati yang akan menyelamatkan hidup kita adalah nikmat agama, iman dan amal salih. Sebagaimana dalam doa kita “Tunjukilah kepada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang yang tersesat.”

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa orang yang dberi nikmat maksudnya adalah yang beriman, berilmu dan beramal salih. Adapun orang yang dimurkai adalah yang berilmu tetapi tidak beramal, seperti Yahudi dan kaum yang meniru jalan mereka. sedangkan orang yang tersesat adalah yang beramal tanpa landasan ilmu, seperti Nasrani dan orang-orang yang mengikuti mereka dari kaum muslimin seperti kaum sufiyah…

Sebagian ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang rusak diantara ahli ilmu/ulama kita (kaum muslimin) maka padanya terdapat keserupaan dengan Yahudi. Dan barangsiapa yang rusak diantara ahli ibadah kita maka padanya terdapat keserupaan dengan Nasrani.”

Dari situ pula kita bisa mengerti mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk berdoa setiap pagi setelah sholat Subuh untuk meminta 3 hal; ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal salih. Sebab ketiga hal itulah nikmat yang hakiki yang akan menuntun hamba menuju surga dan kebahagiaan abadi.

Dari situ pula kita bisa mengetahui bahwa musibah dalam urusan dunia seperti kemiskinan harta, sakit, kesulitan dalam hal kebutuhan pangan, sandang atau papan bukanlah standar kesengsaraan. Begitu pula nikmat duniawi bukan standar kebahagiaan dan keselamatan. Betapa banyak orang kafir dan sesat yang secara materi lebih nyaman hidupnya dengan harta, kedudukan, jabatan, fasilitas, dan seabrek kesenangan fana. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh tertipu oleh berbagai gemerlap kemewahan dunia dan kelalaian yang berbuah petaka!

Kita harus sadar sepenuhnya bahwa kita adalah hamba yang butuh kepada pertolongan dan petunjuk Allah. Tidak ada kebahagiaan bagi kita kecuali dengan beribadah, taat dan selalu memohon pertolongan-Nya dalam segala keadaan. Jangan kita merasa aman dari makar Allah… Jangan pula kita berputus asa dari rahmat-Nya… Bertaubatlah kepada Allah segera, sebelum nyawa berada di tenggorokan dan pintu taubat tertutup bagi anda…

Lebih baik anda hidup seperti gelandangan tetapi ikhlas mengabdi kepada Allah dan diridhai-Nya daripada anda hidup laksana bangsawan dan bermandikan harta emas perak intan permata tetapi dimurkai oleh Allah dan terancam dengan api neraka yang menyala-nyala… Apa yang anda harapkan dari dunia yang fana ini?!

Kebahagiaan itu di tangan Allah Sang penguasa alam semesta dengan segala isinya. Dan kebahagiaan tidak bisa dicapai kecuali dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tundukkan akal, perasaan dan hawa nafsu serta tradisi kepada wahyu dan bimbingan Allah. Allah yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Allah ciptakan anda untuk mewujudkan ibadah dengan ikhlas kepada-Nya… Allah tidak butuh ibadahmu, kamu lah yang membutuhkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya…

Barakallahu fiikum

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Tulisan ini terinspirasi dari faidah yang dikutip oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam rubrik Fawa’id Mukhtasharah yang dimuat di website resmi beliau : https://al-badr.net/muqolat/5929

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *