Penyucian Jiwa

Mengukur Kecintaan

Bismillah.

Salah satu tema yang selalu hangat untuk dibicarakan adalah seputar cinta. Banyak orang yang tidak sadar telah menjadi tawanan cintanya. Ada yang diperbudak oleh hawa nafsu, ambisi, ketenaran atau fatamorgana dari berbagai jenis perhiasan dunia.

Orang mungkin lupa bahwa di sana ada kecintaan yang lebih tinggi dan lebih berarti baginya yaitu mencintai Allah dan mencintai ketaatan kepada-Nya. Cinta dalam makna ini merupakan ruh dari ibadah dan motor penggerak segala amal salih.

Di dalam hadits yang sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan 3 sifat yang membuat seorang bisa merasakan manisnya iman, salah satunya adalah, “Apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Para pemuja dunia telah keluar dari dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling baik di dalamnya.” Orang-orang bertanya kepada beliau, “Apakah itu yang terbaik di sana, wahai Abu Yahya?” beliau menjawab, “Mengenal Allah dan mencintai-Nya.”

Kecintaan kepada Allah berakar dari apa yang disebut oleh para ulama dengan istilah musyahadatul minnah; menyaksikan dan meyakini begitu banyak nikmat dan karunia yang Allah curahkan kepada hamba. Sebagaimana dalam kalimat sayyidul istighfar dikatakan abuu’u laka bini’matika ‘alayya; “Aku mengakui kepada-Mu dengan segala nikmat yang Kau curahkan kepadaku..”

Namun, perlu diingat bahwa kecintaan yang tulus itu memiliki tanda bukti. Sebagaimana dikatakan oleh penyair Arab, ‘Innal muhibba liman yuhibbu muthii’u; bahwa orang yang mencintai sesuatu niscaya akan patuh/taat kepada siapa yang dicintainya itu…

Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (Rasul) niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)

Banyak orang mengaku atau merasa bahwa dirinya adalah cinta kepada Islam, tetapi seringkali apa yang dia perbuat justru tidak selaras dengan apa yang dia dakwakan. Lihatlah, orang-orang Khawarij yang merasa sebagai pembela al-Qur’an, pejuang keadilan dan pemberani, tetapi pada hakikatnya mereka adalah perusak ajaran-ajaran Islam sehingga menghalalkan darah kaum muslimin atau memberontak kepada para pemimpin muslim yang sah… Subhanallah…

Pada hari ini, kita butuh untuk memeriksa diri kita masing-masing; benarkah kita termasuk orang yang mencintai Allah, cinta kepada Islam dan cinta kepada tauhid? Ataukah itu semua hanya klaim belaka alias omong kosong. Seperti yang diungkapkan oleh sebagian penyair :

Semua mengaku punya hubungan dengan Laila

Padahal Laila tidak merestui itu semua

Jika kita ikhlas beramal karena Allah tentu kita akan berusaha untuk menjaga amal itu dari segala perusaknya. Bukanlah perkara yang terberat itu melakukan amal kebaikan, tetapi justru yang paling susah adalah menjaganya dari apa-apa yang bisa merusaknya seperti riya’, ujub, mengungkit pemberian, dsb.

Sebagian ulama salaf berkata, “Orang yang ikhlas akan berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia suka menyembunyikan kejelekan-kejelekannya.” Ada juga yang berkata, “Tidaklah aku berjuang menaklukkan diriku dengan sebuah perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk menggapai keikhlasan.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata kepada muridnya ketika mendengar pujian sebagian orang terhadap beliau yang diberitakan kepadanya, “Wahai Abu Bakr, apabila seorang telah mengenali hakikat/jati dirinya maka tidaklah bermanfaat baginya ucapan/pujian orang-orang itu…”

Orang lain memuji karena tidak mengetahui aib dan dosa-dosa kita, seandainya Allah membuka aib itu niscaya kita pun malu dan orang pun akan merasa jijik. Seorang ulama terdahulu Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata, “Seandainya dosa-dosa itu menimbulkan bau busuk, niscaya tidak akan ada seorang pun yang mau duduk/belajar bersamaku.”

Wahai orang yang telah diberi curahan nikmat bertahun-tahun lamanya oleh Allah, wahai jiwa yang diberi rezeki setiap hari 24 jam tanpa henti, apa yang ingin engkau banggakan di hadapan Robbmu? Apakah kamu merasa telah berjasa kepada Islam dan kaum muslimin?! Apakah anda optimis dan yakin 100 persen semua amal anda pasti Allah terima dan semua dosa anda pasti diampuni oleh-Nya? Apakah anda sudah mendapatkan jaminan surga dari Allah atau terjami bebas dari siksa neraka?

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.” Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku telah bertemu dengan 30 orang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan mereka semua itu merasa takut dirinya terjangkiti kemunafikan. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa imannya itu sejajar dengan keimanan Jibril dan Mika’il.” Disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih-nya.

Apabila hari ini kita masih lalai dari membaca al-Qur’an, malas menunaikan sholat, jarang berdzikir kepada Allah dan menyia-nyiakan kewajiban maka cinta jenis apa yang ingin kita banggakan?

Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu berkata, “Seandainya hati kita kini bersih niscaya ia tidak akan pernah merasa kenyang dari menikmati kalam Rabb kita.”

Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan; bagaimanakah keadaan seekor ikan apabila ia memisahkan diri dari air?”

Tangisilah dosamu sekarang… Sebelum datang suatu hari tidak lagi bermanfaat tangisan dan penyesalan…

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *