AqidahTafsir

Mengenal Allah

Bismillah.

Diantara ilmu yang paling penting bagi seorang hamba adalah mengenal Rabbnya. Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an Allah banyak menceritakan dan menjelaskan mengenai nama, sifat dan perbuatan-Nya. Misalnya dalam surat al-Fatihah; kita memuji Allah sebagai Rabb seru sekalian alam.

Dalam bahasa arab kata ‘rabb’ mencakup makna yang luas, diantaranya disimpulkan dalam 3 hal utama; menciptakan, menguasai dan mengatur. Sebagaimana diterangkan oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullah dalam al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid.

Pengakuan dan keyakinan tentang hal ini dikenal dengan istilah tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah ini merupakan perkara yang secara umum telah diakui oleh manusia, bahkan orang kafir sekalipun. Allah sebagai satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta. Keyakinan semacam ini belum bisa memasukkan ke dalam Islam. Seandainya keyakinan ini sudah cukup niscaya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak perlu mengajak kaumnya untuk mengucapkan laa ilaha illallah dan meninggalkan thaghut.

Sehingga makna kalimat laa ilaha illallah adalah tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Bukanlah makna kalimat tauhid keyakinan bahwa Allah sebagai satu-satunya pencipta, penguasa dan pemelihara alam semesta. Dengan kata lain, makna kalimat tauhid adalah tauhid uluhiyah; pengesaan Allah dalam hal ibadah. Konsekuensinya wajibnya meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku (saja).” (al-Anbiya’ : 25)

Di dalam kalimat laa ilaha illallah terkandung dua pilar; penafian dan penetapan. Penafian terhadap segala bentuk sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi. Oleh sebab itu semua bentuk ibadah tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu telah menetapkan bahwa janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbuat ihsan/kebaikan.” (al-Israa’ : 23)

Semoga catatan singkat ini bermanfaat. Wallahul muwaffiq.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *