Bismillah.
Diantara perkara yang semestinya tumbuh dan berkembang dalam hati seorang muslim adalah cinta kepada ajaran atau Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah hal itu yang bersifat wajib maupun yang sunnah/mustahab. Karena mencintai apa yang Allah cintai adalah bagian dari keimanan.
Oleh sebab itulah disebutkan dalam hadits sahih bahwa salah satu tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshor/yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyambut hijrah nabi dan para sahabat Muhajirin di Madinah. Hal itu tidak lain karena Allah mencintai para sahabat.
Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar beserta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik; Allah ridha kepada mereka…” (at-Taubah : 100)
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah berkata :
ونحب أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولا نفرط في حب أحد منهم ، ولا نتبرأ من أحد منهم . ونبغض من يبغضهم
“Kami mencintai para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak melampaui batas dalam mencintai seorang pun dari mereka, dan kami tidak berlepas diri/membenci seorang pun dari mereka, dan kami membenci siapa pun yang membenci mereka…” (lihat al-‘Aqidah ath-Thahawiyah)
Allah telah meridhai para sahabat dan mencintai mereka. Allah berfirman dalam surat al-Fath :
لَّقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ
“Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang beriman yang ketika itu berbaiat/berjanji setia kepadamu di bawah pohon itu (yaitu para sahabat nabi), Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka…” (al-Fath : 18)
Syaikh Khalid al-Mushlih hafizhahullah mengatakan :
إن أهل السنة والجماعة يحبون كل من ثبتت صحبته للنبي محمد – صلى الله عليه وسلم – من المهاجرين والأنصار وغيرهم
“Sesungguhnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah mencintai setiap orang yang terbukti diketahui sebagai sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam; baik dari kalangan Muhajirin dan Anshar ataupun selain mereka…” (lihat penjelasan Aqidah Thahawiyah oleh beliau di link : https://www.almosleh.com/ar/98882)
Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya, perkataan dari Sahl bin Abdullah :
علامة حب الله حب القرآن ، وعلامة حب القرآن حب النبي – صلى الله عليه وسلم – وعلامة حب النبي – صلى الله عليه وسلم – حب السنة
“Tanda kecintaan kepada Allah adalah mencintai al-Qur’an, dan tanda mencintai al-Qur’an adalah mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan tanda mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mencintai Sunnah.” (lihat Tafsir al-Qurthubi, Juz 4 hlm 57 di situs islamweb.net)
Yang dimaksud dengan sunnah di sini adalah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena mengikuti Sunnah beliau adalah konsekuensi kecintaan kepada Allah.
Allah berfirman :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah; Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali ‘Imran : 31)
Imam ath-Thabari rahimahullah membawakan riwayat dari Ibnu Juraij beliau berkata :
كان قوم يزعمون أنهم يحبون الله، يقولون: إنا نحب ربّنا! فأمرهم الله أن يتبعوا محمدًا صلى الله عليه وسلم، وجعل اتباع محمد علمًا لحبه
“Dahulu ada suatu kaum yang mengaku bahwa mereka mencintai Allah, mereka berkata : ‘Kami benar-benar mencintai Rabb kami’ maka Allah pun memerintahkan mereka untuk mengikuti Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Allah menjadikan ittiba’/sikap mengikuti ajaran Muhammad itu sebagai tanda kecintaan kepada-Nya.” (lihat Tafsir ath-Thabari dari link situs : http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura3-aya31.html)
0 Komentar