AkhlaqHadits

Memetik Buah Takwa

Bismillah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لا يَظْلِمُهُ، ولا يَخْذُلُهُ، ولا يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هاهُنا. ويُشِيرُ إلى صَدْرِهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ. بحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أنْ يَحْقِرَ أخاهُ المُسْلِمَ

“Seorang muslim merupakan saudara bagi muslim yang lain. Oleh sebab itu tidak boleh melakukan kezaliman kepadanya, tidak boleh menelantarkannya. Takwa itu berakar dari sini; beliau pun mengisyaratkan kepada dadanya -yaitu di dalam hati- sebanyak tiga kali. Cukuplah seorang berbuat buruk/jahat apabila dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)

Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah berkata :

قال: (التقوى هاهنا، وأشار إلى صدره ثلاث مرات) معناه: أن التقوى تكون في القلوب، وإذا كانت التقوى في القلوب ظهرت على الأعضاء، كما جاء عن بعض السلف: (ليس الإيمان بالتحلي ولا بالتمني، ولكنه ما وقر في القلوب وصدقته الأعمال)

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa ‘takwa itu ada di sini -dan beliau mengisyaratkan ke dadanya sebanyak tiga kali- maknanya adalah bahwa takwa itu berada di dalam hati, dan apabila takwa itu menempati hati seorang maka akan muncul pengaruhnya di dalam anggota badan. sebagaimana telah datang penjelasan dari sebagian ulama terdahulu, “Bukanlah iman itu dengan memperindah penampilan atau berangan-angan, tetapi hakikat iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal perbuatan.” (sumber : Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata :

وتقوى الله هي طاعته بامتثال أوامره واجتناب نواهيه ، ومعنى التقوى: أن يجعل العبد بينه وبين ما يخافُهُ وقايةً، وتقوى العبد لربه: أن يجعل بينه وبين ما يخشاه من غضبه وسخطه وعقابه وقاية تقيه ، وذلك لا يكون إلا بفعل طاعته واجتناب معصيته

“Takwa kepada Allah adalah menaati-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Makna takwa yaitu seorang hamba menjadikan antara dirinya dengan apa-apa yang dia takutkan suatu bentuk perlindungan. Sehingga ketakwaaan hamba kepada Rabbnya adalah dengan dia meletakkan suatu perlindungan untuk menjaganya dari apa yang dia takutkan berupa kemarahan dan kemurkaan serta hukuman Allah. Hal itu tidak mungkin terwujud kecuali dengan melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat kepada-Nya.” (Sumber : https://al-badr.net/muqolat/2515)

Dari sinilah kita mengetahui bahwa ketakwaan bukan sekedar pengakuan atau klaim belaka. Takwa yang ada dalam hati seorang mukmin akan terpancar dalam ucapan, perilaku dan ibadah sehari-hari. Bagaimana mungkin orang yang tidak pernah sholat mengaku dirinya sebagai orang yang bertakwa kepada Allah?! Sebagaimana tidak mungkin diterima orang yang selalu memerangi hukum Allah disebut sebagai orang yang bertakwa? Karena ketakwaan itu harus tercermin dalam sikap dan ketaatan.

Allah berfirman :

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sekali-kali tidak, demi Rabbmu, pada hakikatnya mereka itu belumlah beriman sampai mereka mau menjadikan dirimu -rasul-sebagai hakim/pemutus perkara dalam apa-apa yang diperselisihkan diantara mereka, dan kemudian mereka tidak mendapati dalam hati mereka kesempitan terhadap keputusan yang telah engkau berikan, dan mereka pun pasrah dengan sepenuhnya.” (an-Nisaa’ : 65)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *