Melanjutkan Ajaran Ibrahim
Bismillah.
Salah satu pelajaran yang sangat berharga di dalam risalah Ushul Tsalatsah adalah wajibnya kita untuk mengikuti millah/ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah.
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata :
Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya; bahwasanya al-hanifiyyah yaitu ajaran Ibrahim ‘alaihis salam adalah anda beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya. Itulah perintah yang Allah berikan kepada seluruh manusia dan Allah ciptakan mereka untuk mewujudkannya. Sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa hakikat ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah Islam itu sendiri. Sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa para nabi itu agama mereka satu/sama yaitu Islam; tegak di atas tauhid kepada Allah.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu (Muhammad) seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku.” (al-Anbiya’ : 25)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Para nabi itu adalah saudara-saudara sebapak sedangkan ibu mereka berbeda-beda. Dan agama mereka itu adalah sama.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
Ibadah kepada Allah tidak bisa terwujud kecuali dengan mengingkari thaghut yaitu sesembahan selain Allah. Imam Malik rahimahullah menjelaskan bahwa thaghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah. Gembong utama thaghut adalah setan atau Iblis; karena dia lah yang mengajak dan menyeru manusia untuk beribadah kepada selain Allah. Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika mendakwahi ayahnya. Beliau berkata (yang artinya), “Wahai ayahanda, janganlah engkau beribadah kepada setan…” (Maryam : 44). Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahimahullah menjelaskan, “Karena sesungguhnya orang yang beribadah kepada selain Allah sesungguhnya dia telah beribadah kepada setan…” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 494)
Allah berfirman (yang artinya), “Bukankah Aku telah berpesan kepada kalian wahai anak Adam; Janganlah kalian beribadah kepada setan.” (Yasin : 60). Sa’id bin Jubair rahimahullah mengatakan, “Ibadah itu adalah ketaatan. Yang demikian itu karena barangsiapa yang menaati apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan mematuhi apa-apa yang dilarang Allah maka sesungguhnya dia telah menyempurnakan ibadah kepada Allah. Dan barangsiapa yang menaati setan dalam hal agama dan amalnya maka sesungguhnya dia telah beribadah kepada setan.” (lihat al-Jami’ fi ‘Aqa’id wa Rasa’il Ahlis Sunnah wal Atsar, hlm. 33)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Semua bentuk syirik pada hakikatnya adalah peribadatan kepada thaghut. Maka hal itu menunjukkan bahwa semua rasul ‘alaihimus salam datang dengan membawa perintah untuk beribadah kepada Allah ta’ala dan melarang perbuatan syirik. Inilah makna laa ilaha illallah. Karena ia menggabungkan antara penolakan/nafi dengan penetapan/itsbat. Menolak syirik dan menetapkan tauhid.” (lihat at-Ta’liq al-Mukhtashar al-Mubin ‘ala Qurrati ‘Uyun al-Muwahhidin, hlm. 17)
Hal ini menunjukkan bahwa dakwah para rasul ialah mengajak kepada tauhid dan meninggalkan syirik. Setiap rasul berkata kepada kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, sembahlah Allah (semata), tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (Huud : 50). Inilah yang diucapkan oleh Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, Ibrahim, Musa, ‘Isa, Muhammad, dan segenap rasul ‘alaihimush sholatu was salam (lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 19 karya Syaikh Shalih al-Fauzan)
Allah berfirman (yang artinya), “Bukanlah Ibrahim itu seorang Yahudi atau Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi muslim.” (Ali ‘Imran : 67)
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas dan tegas membantah klaim Yahudi dan Nasrani yang mendaku sebagai pengikut ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bahkan tidaklah berada di atas ajaran dan agama yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim -diantara umat akhir zaman ini- kecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya yang setia. Sehingga pengakuan kaum Yahudi atau Nasrani bahwa mereka berada di atas agama Nabi Ibrahim adalah dusta belaka! Silahkan baca keterangan Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah di dalam tafsirnya (Tafsir Surat Ali Imran ayat 67)
Allah berfirman (yang artinya), “Mereka mengatakan ‘Jadilah kalian pengikut Yahudi atau Nasrani niscaya kalian mendapatkan petunjuk’. Katakanlah, ‘Bahkan millah Ibrahim yang hanif itulah -yang harus diikuti- dan dia bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.” (al-Baqarah : 135)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama/amal untuk-Nya secara hanif.” (al-Bayyinah : 5)
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang umat/teladan yang senantiasa patuh kepada Allah lagi hanif dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik. Dia selalu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (an-Nahl : 120-121)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jalan yang lurus itu adalah beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya di atas syari’at yang diridhai.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 4/611)
Allah berfirman (yang artinya), “Kemudian Kami wahyukan kepadamu; Hendaklah kamu mengikuti millah Ibrahim secara hanif.” (an-Nahl : 123)
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya sesungguhnya aku telah diberikan petunjuk oleh Rabbku menuju jalan yang lurus, agama yang tegak yaitu millah Ibrahim yang hanif dan dia bukanlah termasuk golongan orang musyrik.” (al-An’am : 161)
Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang indah pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. Yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah tampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah semata…” (al-Mumtahanah : 4)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya; Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah menciptakanku, maka sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepadaku. Dan Ibrahim menjadikannya sebagai kalimat yang tetap di dalam keturunannya, mudah-mudahan mereka kembali kepadanya.” (az-Zukhruf : 26-28)
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com