ManhajPenyucian Jiwa

Masih Pemula

Bismillah.

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai petunjuk bagi manusia untuk meraih bahagia. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba dan utusan terbaik-Nya, amma ba’du.

Petunjuk dari Allah merupakan dambaan setiap insan. Karena tanpa petunjuk manusia akan hidup dalam kegelapan dan kesesatan. Berputar dari satu kebatilan menuju kebatilan berikutnya. Dari situlah hidayah itu sangat diperlukan. Kefakiran manusia dan besarnya kebutuhan mereka kepada hidayah jauh melebihi kebutuhan mata kepada cahaya, jauh melebihi kebutuhan badan kepada udara dan air.

Hidup tanpa hidayah membuat manusia melakukan berbagai kerusakan yang hanya akan merugikan dirinya sendiri dan alam semesta. Tidaklah terjadi syirik, bid’ah dan kemungkaran dimana-mana melainkan karena krisis hidayah yang menimpa sebagian umat manusia.

Bagi seorang pemula dalam belajar, maka mengenali aqidah adalah perkara terpenting bagi perjalanan hidupnya. Hidup di atas naungan Islam dan bimbingan iman. Seperti yang dikatakan para ulama, bahwa aqidah ini adalah pondasi dan akar perbaikan kehidupan dunia. Tauhid merupakan keadilan tertinggi di jagad raya. Tauhid ini pula yang menjadi syarat diterimanya segala bentuk amal dan ketaatan hamba.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Para ulama menjelaskan bahwa ibadah mengandung pondasi ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Ketundukan yang ditegakkan dengan kecintaan dan pengagungan. Ketundukan yang disertai cinta, takut, dan harapan kepada Allah. Ketundukan yang membuahkan ketaatan kepada perintah dan larangan-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki beriman maupun perempuan yang beriman apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain bagi urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (al-Ahzab : 36)

Iman kepada Allah mencakup keimanan tentang wujud-Nya, rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat-Nya. Wajib mengimani Allah itu ada, Allah itu esa, Allah penguasa dan pengatur alam semesta, Allah yang menghidupkan dan mematikan, Allah yang memberi rezeki. Sebagaimana wajib meyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Allah pemilik kesempurnaan nama dan sifat, tiada yang bisa menandingi dan setara dengan-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas segenap hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak boleh menghamba dan beribadah kepada selain Allah. Karena hanya Allah satu-satunya pencipta dan pengatur alam semesta maka tidak ada yang berhak disembah selain-Nya. Allah tidak ridha dipersekutukan dalam beribadah kepada-Nya apa pun atau siapa pun; apakah itu malaikat atau nabi.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu / sesembahan tandingan.” (al-Baqarah : 22)

Beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik; inilah hakikat daripada tauhid yang menjadi tujuan diutusnya para rasul dan muatan pokok seluruh kitab suci yang Allah turunkan di muka bumi.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul (yang menyerukan); Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Inilah makna dari kalimat tauhid laa ilaha illallah. Oleh sebab itu dalam ayat lain, Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar kecuali Aku, maka sembahlah Aku (Allah).” (al-Anbiya’ : 25)

Tidak ada seorang rasul pun melainkan mengajarkan tauhid kepada umatnya dan memperingatkan dari bahaya syirik. Maka siapa pun yang ingin memperbaiki keadaan manusia -seperti apa pun masalah yang dihadapi oleh mereka- maka tidak bisa tidak harus memprioritaskan dakwah tauhid. Inilah jalan dakwah para nabi utusan Allah…

Wallahul muwaffiq.

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *