IlmuManhaj

Mahasiswa Pilihan

Bismillah.

Ada banyak tipe mahasiswa yang bisa kita jumpai di tengah kehidupan kampus. Ada mahasiswa yang hari-harinya hanya larut dalam hobi dan kegiatan tanpa makna. Ada pula mahasiswa yang sibuk dengan berbagai organisasi hingga lupa tugas kuliah ataupun belajar agama. Namun ada juga sebagian mahasiswa yang diberi taufik oleh Allah untuk mengenali agamanya dan berusaha menambah ilmu dan mendalami kaidah-kaidah agama.

Tentu yang akan mendapatkan kebahagiaan adalah mereka yang diberi taufik untuk mengenal ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits sahih ini merupakan dalil yang sangat jelas menunjukkan betapa pentingnya para pemuda ataupun mahasiswa untuk bersemangat belajar agama.

Sibuk kuliah, mengerjakan tugas, praktikum, mengerjakan laporan tentu hal yang positif bagi kaum mahasiswa. Akan tetapi bukanlah sikap yang bijak apabila hal ini menjadi dalih untuk meninggalkan kegiatan pokok mencari ilmu agama. Sebab dengan ilmu agama itulah orang akan mendapatkan bimbingan menuju kebenaran dan keselamatan. Ilmu sebelum ucapan dan amalan, sebagaimana nasihat dan kaidah yang diutarakan oleh Imam Bukhari rahimahullah.

Mereka yang sibuk dengan organisasi hingga lupa waktu sholat, lupa membaca al-Qur’an, lupa membantu kegiatan dakwah di masyarakat, lupa berbakti kepada orang tua, apalagi sampai lupa sholat berjama’ah di masjid -bagi kaum pria- tentu hal ini menjadi fenomena memilukan yang harus kita sadari bersama. Harus ada upaya untuk saling menasihati, mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran dan kerusakan. Tidak bisa mereka dibiarkan hanyut dalam penyimpangan dengan alasan menghormati hak asasi manusia atau menghargai pendapat orang lain.

Apabila kemungkaran dibiarkan maka ibarat sebuah kapal yang bagian bawahnya dilubangi dan dibiarkan oleh para penumpang kapal yang berada di atas dengan alasan tidak mau mengganggu kesibukan atau menghormati pendapat penduduk kapal di bawahnya; maka tentu kapal itu akan tenggelam bersama semua penumpangnya. Seperti itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hubungan kaum muslimin satu sama lain yang wajib menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Memang ada hal-hal yang bersifat ijtihadiyah dan masih bisa menerima toleransi perbedaan ilmiah, tetapi itu semua ada batasan dan kaidahnya, tidak setiap perbedaan diterima dengan alasan menghormati pendapat orang lain. Kalau setiap perbedaan dibenarkan maka tidak akan ada gunanya dakwah tauhid, tidak ada gunanya seruan untuk meninggalkan syirik; karena semua orang akan beralasan bahwa ajakan ini adalah perkara yang diperselisihkan manusia; sebab banyak orang yang memusuhi dakwah tauhid dan sudah kadung cinta dengan tradisi dan pemikiran berbau syirik dan kekufuran.

Semoga Allah berikan taufik kepada generasi muda kaum muslimin di negeri ini untuk menimba ilmu yang benar kepada para ulama dan penyeru kebaikan yang tulus di mana pun mereka berada.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *