Kesabaran dalam Dakwah
Bismillah.
Salah satu faidah berharga dari penjelasan para ulama terhadap risalah Ushul Tsalatsah adalah pentingnya untuk menjaga kesabaran dalam dakwah. Dakwah bukan tugas yang ringan. Seorang pejuang dakwah harus bersabar menghadapi pedihnya cobaan dan berbagai jenis hambatan dan godaan.
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah setelah menyebutkan kewajiban berilmu dan beramal serta berdakwah maka kemudian beliau menyebutkan kewajiban keempat adalah ‘bersabar dalam menghadapi gangguan di dalamnya’. Sabar memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam agama. Sabar dalam iman seperti kepala bagi badan.
Para ulama juga menjelaskan bahwa sabar mencakup 3 bagian; sabar dalam melaksanakan perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan-Nya dan sabar dalam menghadapi musibah. Sabar dibutuhkan ketika menimba ilmu dan beramal, begitu pula sangat dibutuhkan ketika berdakwah di jalan Allah. Kita bisa melihat dalam sejarah para nabi bagaimana Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah selama 950 tahun dan tidak ada yang beriman bersama beliau kecuali sedikit.
Kita juga bisa melihat dalam sejarah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam yang berjuang mendakwahkan tauhid selama 10 tahun lebih di Mekah kemudian harus berpindah/hijrah ke Madinah karena kerasnya penolakan kaum musyrikin Quraisy terhadap dakwahnya. Para ulama menjelaskan bahwa sabar yang terpuji itu mencakup 3 bagian; sabar lillah yaitu ikhlas karena Allah, sabar billah yaitu dengan bersandar kepada Allah dan memohon bantuan-Nya, dan sabar ma’allah yaitu senantiasa berjalan di atas jalan Allah, tidak mengikuti jalan-jalan setan dan penyimpangan.
Allah memerintahkan kita untuk memohon pertolongan dan bantuan dalam menjalani hidup ini dengan sabar dan sholat. Sabar dan sholat akan menjadi cahaya yang menerangi hati dan perjalanan hidup manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi oleh hal-hal yang tidak disenangi hawa nafsu sedangkan neraka diliputi oleh hal-hal yang disenangi oleh syahwat.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu para ulama menjelaskan bahwa dengan bekal sabar dan keyakinan akan diraih derajat kepemimpinan atau teladan di dalam agama. Sabar akan menepis berbagai bentuk godaan fitnah syahwat, sedangkan ilmu dan keyakinan akan menepis berbagai bentuk kerancuan fitnah syubhat. Sebab akan datang suatu masa dimana orang yang berpegang-teguh dengan agamanya laksana orang yang sedang menggenggam bara api. Dibutuhkan ilmu dan keyakinan, sebagaimana dibutuhkan sabar dan keistiqomahan.
Ibadah kepada Allah tidak bisa tegak kecuali dengan modal kesabaran. Oleh sebab itu Allah perintahkan untuk terus beribadah dan mentauhidkan-Nya hingga ajal tiba. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang keyakinan/maut.” (al-Hijr : 99). Sabar bukan sekedar teori di atas kertas, tetapi ia butuh proses dan latihan yang tidak sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa melatih dirinya untuk sabar niscaya Allah akan jadikan dia orang yang penyabar.” (HR. Bukhari)
Para ulama Ahlus Sunnah adalah teladan dalam hal kesabaran. Lihatlah kesabaran Imam Bukhari dalam menimba ilmu dan mendakwahkannya. Lihatlah kesabaran dan keteguhan Imam Ahmad dalam membela aqidah hingga harus dipenjara selama 3 periode pemerintahan. Lihatlah kesabaran Bilal bin Rabah yang tetap mempertahankan aqidahnya di bawah siksaan dan tekanan para pembesar Quraisy…
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman; karena semua urusannya bisa mendatangkan kebaikan untuknya, dan hal itu tidak ada kecuali pada diri orang beriman. Apabila dia mendapatkan kesenangan dia pun bersyukur maka hal itu baik baginya, dan apabila ia terkena kesulitan maka dia pun bersabar, sehingga hal itu pun baik untuknya.” (HR. Muslim)
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com