AkhlaqAmalDakwah IslamIkhlasNasehat

Keikhlasan Seorang Da’i

Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata

“… Tidaklah diragukan bahwasanya keikhlasan seorang da’i memiliki pengaruh yang kuat terhadap mad’u/objek dakwah. Apabila seorang da’i itu adalah orang yang ikhlas dalam niatnya. Dia juga menyeru kepada manhaj yang benar.

Dia membangun dakwahnya di atas bashirah/hujjah dan ilmu mengenai apa yang dia serukan itu. Maka dakwah semacam inilah yang akan memberikan pengaruh/bekas kepada para mad’u…”

(lihat al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As’ilah al-Manahij al-Jadidah, hal. 42)

Pesan Bagi Penimba Ilmu

Imam Ibnu Jama’ah rahimahullah berpesan,

”Ketahuilah, bahwasanya segala sanjungan yang diberikan kepada ilmu dan ulama ini hanya berlaku bagi orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya, orang-orang yang baik dan bertakwa.

Mereka yang meniatkan dengan ilmunya untuk meraih wajah Allah yang mulia. Mereka yang bermaksud dengan ilmunya untuk mencari kedekatan diri di sisi-Nya di surga-surga yang penuh dengan kenikmatan.

Bukan orang yang mencari ilmu dengan niat buruk, atau dibarengi perilaku yang kotor. Atau mencari ilmu dalam rangka mengejar kepentingan dan ambisi-ambisi dunia. Berupa kedudukan, harta, atau berbanyak-banyakan pengikut dan santri/penimba ilmu…”

(lihat Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim, hal. 45)

Membersihkan Niat

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah mengatakan,

“Menimba ilmu adalah ibadah, sebagaimana dikatakan oleh Imam Az-Zuhri rahimahullah, ‘Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu yang serupa dengan ilmu.’ Sementara ibadah tidaklah diterima kecuali dengan keikhlasan untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh sebab itu wajib bagi penimba ilmu untuk selalu membersihkan niatnya di setiap waktu dengan bermujahadah/menundukkan nafsunya secara terus-menerus.”

(lihat Syarah Manzhumah Al-Mimiyah, hal. 89)

Tauhid dan Hawa Nafsu

Syaikh Abdullah bin Shalih Al-‘Ubailan hafizhahullah mengatakan,

“Ketahuilah, bahwa tauhid dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang bertentangan. Karena hawa nafsu itu adalah berhala, dan setiap hamba memiliki berhala di dalam hatinya sesuai dengan kadar hawa nafsunya.
Dan sesungguhnya Allah mengutus para rasul-Nya dalam rangka menghancurkan berhala-berhala dan untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya.

Dan bukanlah maksud Allah subhanahu adalah hancurnya berhala secara fisik sementara berhala di dalam hati ditinggalkan. Bahkan yang dimaksud ialah menghancurkannya mulai dari dalam hati, ini yang paling pertama.”

(lihat Al-Ishbah fi Bayani Manhajis Salaf fi At-Tarbiyah wa Al-Ishlah, hal. 41)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *