Bismillah.
Salah satu pelajaran berharga yang kami dapati dari para pendahulu kami, adalah perhatian mereka yang besar untuk menjaga amalan. Ada diantara mereka yang Allah beri taufik untuk terus menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi dan kepada para ulama yang lebih mumpuni. Ada pula yang Allah beri taufik untuk mengurus kegiatan dakwah di masyarakat dengan bekal ilmu yang dimiliki. Ada pula yang Allah mudahkan untuk aktif mengurus masjid di tengah kesibukannya.
Satu hal yang kami ingat bahwa mereka adalah orang-orang yang berusaha menggunakan masa mudanya untuk ketaatan kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Hal ini mungkin mengingatkan kita akan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengisahkan tujuh golongan yang diberi naungan oleh Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka bukanlah orang yang tidak punya kesibukan. Bahkan mereka adalah para penggerak dan pegiat dakwah di tengah umat. Waktunya penuh dengan agenda kebaikan dan kemanfaatan. Dari satu kebaikan menuju kebaikan yang lainnya. Mungkin sedikit tetapi terus-menerus. Hal ini pun kembali mengingatkan kita akan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari)
Sebagian mereka pun telah menekuni dunia akademik atau usaha dengan berbagai macam bentuknya. Satu hal yang mempersatukan mereka; yaitu kecintaan kepada ilmu agama dan berjuang di jalan-Nya. Dari perjalanan hidup mereka itulah banyak kita temukan pundi-pundi hikmah yang tersimpan dalam firman Allah (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)
Mereka adalah para penerus perjuangan manhaj para sahabat nabi. Mereka adalah para pemuda pejuang tauhid dan pengemban panji-panji sunnah di negeri ini. Kini mereka pun telah memberikan sumbangsih pengorbanan dan pengabdian untuk kemajuan negeri ini. Dengan ilmu yang mereka tebarkan. Dengan dakwah yang mereka siarkan. Dengan iman yang selalu mereka junjung tinggi dan pertahankan. Mereka sama sekali tidak mengincar kursi ataupun kedudukan. Mereka adalah para pejuang tangguh yang berusaha menunaikan tugas pengikut rasul. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku mengajak menuju Allah di atas bashirah/ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Yusuf : 108)
Jelas, mereka itu bukan malaikat. Mereka adalah manusia, seperti kami dan anda. Akan tetapi mereka memiliki ketinggian cita-cita dan semangat membaja. Terngiang-ngiang di telinga mereka nasihat Imam Malik rahimahullah, “as-Sunnah ini ibarat kapal Nabi Nuh. Barangsiapa menaikinya maka dia akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal darinya akan tenggelam.”
Salah seorang guru kami pernah mengutip perkataan yang dinisbatkan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu ketika berkata di hadapan para sahabatnya saat itu. Beliau berkata ‘lau khodzaltumuunii la jaahadtu bi nafsii’ yang artinya, “Seandainya kalian semua meninggalkan aku/tidak mau membantu, aku akan berjihad seorang diri.” Allahu akbar! Tentu ini merupakan cerminan semangat dan tekad bulat seorang pejuang iman… Mereka yang tidak ragu untuk memegang erat Sunnah walaupun harus merasakan pedih, perih dan terluka laksana orang yang menggenggam bara api…
Semoga Allah merahmati guru-guru kami; yang dari mereka kami mengenal makna pengabdian dan perjuangan untuk masa depan yang hakiki. Semoga Allah menjaga guru-guru kami yang dari lisan mereka kami menyimak ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberkahi umur dan ilmu mereka. Semoga Allah mencurahkan kepada kami dan mereka ampunan; sampai-sampai ikan di lautan pun memohonkan ampunan bagi pengemban ilmu syar’i. Terima kasih guru, dari tanganmu -setelah taufik dari Allah- kami mengenal jalan yang haq ini, dan melalui bimbingan dan nasihat-nasihatmu masyarakat mengenal kebaikan dan keburukan.
Seorang ulama salaf berkata, “Para malaikat adalah penjaga-penjaga langit, sedangkan ahlul hadits adalah penjaga-penjaga bumi.” Sebagian mereka pun mengatakan, “Seandainya para raja dan putra-putra mahkota mengetahui kenikmatan yang kami miliki -dengan ilmu dan iman- pasti mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan pedang-pedang mereka…”
Dari guru-guru kami, kami mengenal kecintaan kepada para sahabat nabi. Generasi terbaik umat ini yang telah mendapatkan pujian dan rekomendasi dari Allah dan Rasul-Nya. Dari guru-guru kami, kami mengenal wajibnya mencintai kaum Muhajirin dan Anshar serta tidak bolehnya menyimpan perasaan dengki kepada mereka atau kaum muslim yang lainnya. Imam Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullah berkata, “Apabila kamu melihat ada orang yang menjelek-jelekkan salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketahuilah bahwa dia itu zindik/sesat.”
Kini kami kembali melihat, sebagian pemuda yang Allah beri taufik. Mereka relakan waktunya untuk membela dan memperjuangan dakwah yang haq ini. Mereka tidak menghendaki imbalan ataupun ucapan terima kasih. Mereka hanya mencari wajah Allah. Dan tidaklah kami menyucikan seorang pun di hadapan Allah… Mereka berusaha mengamalkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain laksana sebuah bangunan; bagian satu memperkuat bagian yang lain.” (HR. Bukhari)
Sungguh mencari berlian di tengah gundukan pasir dan tumpukan batu bukan perkara yang mudah. Akan tetapi dengan taufik dari Allah, berlian itu pun akan bisa ditemukan. Itu sedikit gambaran yang bisa kita petik dari kalimat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan keadaan banyak kaum muslim yang seperti buih banjir; banyak tetapi tidak bermutu. Tidak lain, karena saat itu telah merebak virus wahn/cinta dunia dan takut mati di berbagai penjuru bumi.
Inilah yang menyadarkan kita akan pesan emas para ulama, “Hendaknya kamu terus mengikuti jalan kebenaran, dan jangan gelisah karena sedikitnya orang yang berjalan di atasnya. Waspadalah dari jalan-jalan kebatilan, dan jangan tertipu oleh banyaknya jumlah orang yang celaka.”
Saudaraku yang dirahmati Allah, mungkin anda pada hari ini tersibukkan dengan mengurus masjid, mengajar TPA, membantu dakwah di tengah masyarakat, atau mengajar ilmu agama sesuai kemampuan dan kapasitas anda. Maka yakinlah bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal anda. Anda tidak perlu risau dengan rumput tetangga. Karena Allah berikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batasan. Ingatlah bahwa sabar dan keyakinan itulah modal untuk meraih kemuliaan. Takwa kepada Allah akan mendatangkan kemudahan. Takwa kepada Allah akan membuahkan kebahagiaan dan ketentraman.
Ingatlah, nasihat seorang ulama hadits, dermawan, ahli ibadah dan petarung di medan jihad yang bernama Abdullah bin al-Mubarok rahimahullah, “Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niatnya. Dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil juga karena niatnya.” Karena itu sebagian salaf pun berkata, “Tidaklah aku berjuang untuk menaklukkan diriku dengan sebuah perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk mencapai keikhlasan.”
Hari-hari ini agama anda berada dalam incaran oleh musuh-musuh bani Adam. Mereka datang dari gerbang syubhat maupun syahwat. Mereka menginginkan rusaknya ilmu dan amalan umat ini. Mereka mengajak kelompoknya agar bersama-sama kelak menjadi penghuni api neraka yang menyala-nyala. Pemimpin mereka yaitu Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan manusia kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas dan terpilih.
Ya, Adam ‘alaihis salam pernah bersalah, tetapi beliau bertaubat kepada Allah. Berbeda dengan Iblis yang merasa hebat dan lebih baik daripada Adam; hingga membuatnya terusir dari surga. Saudaraku, jangan kau semai benih kesombongan. Sebab ia berbuah kebancuran dan penyesalan.
Penyusun : Redaksi al-mubarok.com