Dzikir

Istighfar Penutup Amalan

Bismillah.

Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menutup amal-amal dengan istighfar. Seperti ketika selesai sholat wajib maka kita dituntunkan untuk beristighfar. Begitu pula pada akhir pertemuan maka disyariatkan doa kaffaratul majelis yang di dalamnya juga terdapat doa memohon ampunan.

Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allah setelah menjalani perjuangan dakwah sekian lama dan banyak orang masuk ke dalam Islam maka Allah perintahkan beliau untuk menyucikan Allah dengan memuji-Nya dan beristighfar kepada-Nya.

Bahkan apabila kita telah selesai menunaikan hajat di kamar kecil kita juga diajari untuk memohon ampunan kepada Allah dengan membaca ghufroonaka; kami mohon ampunan-Mu ya Allah. Pada akhir malam juga dianjurkan untuk banyak beristighfar.

Belum lagi kewajiban untuk beristighfar ketika terjatuh di dalam dosa. Hal ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa setiap manusia butuh kepada istighfar, sebagaimana ia butuh kepada dzikir-dzikir yang lainnya. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, bagaimana kiranya keadaan ikan itu apabila dia memisahkan dirinya dari air.”

Istighfar dan taubat akan membersihkan hati dari pengaruh dosa. Karena dosa akan membuat hati kotor, gelap dan menghitam. Apabila kita menyadari bahwa banyak perbuatan dosa yang kita lakukan dengan lisan, dengan tangan atau dengan mata dan anggota badan yang lain, atau bahkan dosa-dosa hati seperti hasad, riya’, ujub, sombong, dsb. Maka sudah semestinya kita menambah istighfar dan merutinkannya.

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja manusia paling bertakwa dan paling mulia dalam sehari bisa beristighfar sampai 100 kali dalam sehari. Lantas siapakah kita jika kita masih merasa diri kita bersih dari dosa? Kebaikan kita pun belum tentu diterima, dosa yang telah kita kerjakan belum tentu diampuni oleh Allah. Maka apa alasan kita untuk malas beristighfar kepada-Nya?!

Allah berfirman :

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah; wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala bentuk dosa, sesungguhnya Dia Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (az-Zumar : 53)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bertaubatlah kepada Allah kalian semua, wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian beruntung.” (an-Nuur : 31)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

واللَّهِ إنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وأَتُوبُ إلَيْهِ في اليَومِ أكْثَرَ مِن سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar/memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih banyak dari 70 kali.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Mak-hul meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata :

ما رأيت أحدًا أكثر استغفارًا من رسول الله (صلى الله عليه وسلم)

“Tidaklah aku melihat seseorang yang lebih banyak istighfarnya dibanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Kemudian beliau (Mak-hul) mengatakan :

ما رأيت أكثر استغفارًا من أبى هريرة

“Tidaklah aku melihat ada orang yang lebih banyak beristighfar daripada Abu Hurairah.” (riwayat ini dinukil oleh Ibnu Baththal dalam Syarh Shahih Bukhari)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

 طوبى لِمَن وجد في صحيفته استغفاراً كثيراً

“Beruntunglah bagi orang yang mendapati di dalam lembaran catatan amalnya nanti ucapan istighfar yang banyak.” (HR. Ibnu Majah dari Abdullah bin Busr radhiyallahu’anhu, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Diantara keutamaan istighfar ialah dapat menjadi pencegah turunnya azab Allah. Allah berfirman :

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah tidak akan mengazab mereka dalam keadaan mereka selalu beristighfar.” (al-Anfal : 33)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, beliau berkata :

إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ: «رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ»

“Sungguh dahulu kami sering menghitung kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis beliau mengucapkan kalimat ‘Rabbighfirlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim‘ yang artinya : Wahai Rabbku ampunilah aku dan berikanlah taubat padaku, sesungguhnya Engkau Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إلى اللهِ، فإنِّي أَتُوبُ في اليَومِ إلَيْهِ مِئَةَ مَرَّةٍ

‘Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim dari al-Aghar al-Muzani radhiyallahu’anhu)

Yuk kita perbanyak istighfar…

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *