Bismillah.
Tidaklah ragu bahwa pendidikan dan pembinaan mental ruhiyah para pemuda memiliki peran yang sangat besar di tengah masyarakat. Para pemuda terlebih khusus mahasiswa sering menjumpai berbagai bentuk model pemikiran dan gaya pemahaman. Tidak sedikit pemikiran yang memuja akal dipromosikan di lingkungan kampus dengan kedok kebebasan berpikir dan berbicara.
Ada juga mereka yang kadung lengket dengan aliran menyimpang dan berusaha menjajakan pemahaman yang rusak kepada generasi muda. Semuanya dikemas dengan bungkus kebebasan berpikir dan kemajuan pemikiran. Sedikit banyak kaidah agama pun diterjang dan semakin tidak dipedulikan. Bagi mereka apa yang sedang viral dan ngetrend di kalangan muda dunia itulah kemajuan dan simbol kebahagiaan.
Kembali keterasingan muncul akibat banyaknya orang yang tidak mengenal agama dan pedoman-pedomannya. Yang mereka jadikan ukuran adalah cara beragama yang diwariskan nenek-moyang. Apa yang tidak diajarkan oleh nenek-moyang maka mereka pun enggan untuk mengikutinya, walaupun bersumber dari ayat dan hadits yang sahih. Akal, perasaan, dan tradisi sudah menjadi komando bagi cara hidup dan kebudayaan mereka. Sementara wahyu dan petunjuk Allah semakin tersingkir dan dianggap kaku bin konservatif. Padahal di sisi lain, pemikiran yang sesat dan merusak dibiarkan -walaupun tidak diwariskan nenek-moyang- dengan dalih mengikuti perkembangan jaman.
Para ulama telah menjelaskan kepada kita bahwa kunci untuk bisa meraih kejayaan adalah dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni. Di situlah dibutuhkan upaya serius dalam membersihkan pemahaman umat dari berbagai kotoran pemikiran dan keyakinan. Inilah yang dikenal dengan istilah tashfiyyah; pemurnian atau purifikasi Islam. Ini pula yang dimaksud dengan adanya gerakan tajdid/pembaharuan oleh para ulama Sunnah di sepanjang masa.
Di sisi lain, umat pun perlu mendapatkan bimbingan dan pendidikan mengenai nilai-nilai aqidah dan manhaj yang lurus sebagaimana aqidah dan manhaj generasi terbaik umat ini. Inilah yang disebut dengan istilah tarbiyyah; pembinaan dan pendidikan. Tentu tidak terbatas dalam aqidah dan manhaj, tetapi juga luas meliputi perkara akhlak, adab, dakwah, penyucian jiwa, dan ibadah kepada Allah sehari-harinya.
Dua pilar inilah yang menjadi metode para ulama guna menyadarkan generasi muda untuk lepas dari belenggu kesesatan dan kerusakan. Kesesatan keyakinan yang berakar dari ilmu-ilmu yang penuh kerancuan dan syubhat. Kerusakan yang berakar dari hawa nafsu yang lebih diutamakan di atas akal sehat. Maka tidak ada cara yang lebih manjur untuk membenahi dan membentengi kaum muda selain menggiatkan pelajaran agama dan kajian-kajian iman dan terus-menerus memetik hidayah al-Qur’an.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tanpa panduan ilmu dan iman maka manusia akan tenggelam dalam kebatilan.