Manhaj

Butuhnya Manusia Kepada Tauhid

Bismillah.

Tidaklah samar bagi para penimba ilmu bahwa kebutuhan manusia kepada tauhid merupakan kebutuhan yang paling utama dan paling pokok. Lebih mendesak daripada kebutuhan manusia kepada makanan dan minuman atau sembako.

Tauhid merupakan tujuan penciptaan jin dan manusia. Tauhid menjadi seruan utama dakwah para rasul dan perjuangan para ulama dari masa ke masa. Tauhid inilah kewajiban terbesar dan syarat diterimanya semua amal kebaikan. Tauhid ini pula yang menjadi kunci selamat dari neraka dan kunci untuk masuk surga…

Allah tidak membiarkan manusia hidup dalam keadaan sia-sia, terlantar dan tanpa pedoman. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk menunjukkan kepada manusia bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada Allah.

Jangan anda kira bahwa semua orang yang mengaku Islam ini sudah paham tauhid. Betapa banyak orang yang telah belajar di sekolah-sekolah Islam tetapi tidak memahami hakikat tauhid dengan benar. Yang lebih menyedihkan lagi sebagian orang -yang dianggap intelektual- berpandangan bahwa ilmu dan dakwah tauhid ini sudah ketinggalan jaman; karena menurut mereka umat Islam sudah bertauhid dengan benar dan tidak mungkin terjerumus dalam penyembahan berhala! Begitu pula tuduhan dari sebagian kalangan bahwa ajaran tauhid merupakan cikal bakal pemikiran terorisme… Subhanallah…

Yang demikian itu bukanlah sesuatu yang aneh bagi mereka yang mencermati sejarah dan membaca kisah perjuangan para nabi di dalam al-Qur’an. Tidaklah ada seorang rasul yang berdakwah tauhid kecuali digelari sebagai tukang sihir atau orang gila, bahkan mereka juga dijuluki sebagai pendusta!

Apabila manusia bisa merasa tenang dengan berbagai kampanye kesesatan berkedok hiburan dan kesenian lantas mengapa manusia justru merasa gerah dan gelisah dengan maraknya dakwah tauhid di hadapan mereka? Apakah ini mencerminkan kecintaan manusia kepada ilmu agama ataukah justru menunjukkan ketidaksukaan kepada prinsip dan kaidah-kaidah agama?! Bukankah kita hidup di sebuah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Para ulama juga menjelaskan bahwa termasuk fikih atau pemahaman dalam agama yang paling pokok adalah mengenal tauhid kepada Allah. Tercakup di dalamnya mengenal dan menghayati kandungan asma’ul husna.

Sebagian salaf berkata, “Orang-orang yang malang dari penduduk dunia; mereka keluar dari dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling baik di dalamnya.” Orang-orang pun bertanya kepadanya, “Wahai Abu Yahya, apakah itu yang terbaik di dunia?” beliau menjawab, “Mengenal Allah ‘azza wa jalla.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas segenap hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Perkara terbesar yang diperintahkan oleh Allah adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam hal beribadah…”

Ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ke Yaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang (nabi) sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (al-Ma-idah : 72)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *