Bismillah.
Istilah ‘manhaj’ bermakna jalan atau metode dalam beragama. Dalam bahasa riwayat hadits istilah ini serupa dengan kata ‘sunnah’ yang bermakna jalan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk memegang-teguh sunnah beliau; yaitu jalan beliau dan sunnah/jalan para khalifah yang lurus dan berpetunjuk setelahnya.
Bulan Ramadhan merupakan sarana yang sangat agung untuk membentuk kepribadian dan mental setiap muslim. Menahan lapar dan haus sejak fajar terbit hingga terbenamnya matahari selama sebulan. Tentu ini adalah perjuangan dalam menundukkan hawa nafsu kepada bimbingan wahyu. Bukan itu saja, seorang yang berpuasa juga wajib menjaga lisan dan perilakunya dari hal-hal yang merusak pahala puasanya.
Sebagai seorang muslim kita wajib patuh dan tunduk kepada perintah dan larangan Allah; sebab itu merupakan pilar tegaknya ibadah kepada Allah. Pada bulan Ramadhan seorang muslim dibina dengan penuh kedisiplinan agar puasanya tetap terjaga dan pahala yang dia raih menjadi maksimal. Tidak tanggung-tanggung yang dijanjikan sebagai ‘imbalan’nya adalah penghapusan dosa yang telah berlalu.
Ibadah puasa membentuk mental keikhlasan dalam diri seorang mukmin. Yang mana dia beramal karena Allah, bukan demi mencari sanjungan ataupun imbalan dari manusia. Ramadhan menempa jiwa kedermawanan dan mengasah kepekaan sosial. Ibadah puasa juga menempa sifat sabar dan keimanan kepada takdir Allah. Puasa juga memperkuat rasa harap dan takutnya kepada Allah.
Puasa juga memperkuat ihsan dan muraqabah/perasaan merasa diawasi oleh Allah. Di bulan Ramadhan itu pula seorang muslim berusaha untuk membangun amalnya di atas ilmu dan menyuburkan amal salih dari benih ilmu yang telah dia tanam. Seorang yang berpuasa menyadari bahwa dia meninggalkan sesuatu yang dia sukai karena ada sesuatu yang lebih penting dan lebih mulia bagi kebahagiaan hidupnya. Bukan sekedar urusan perut dan apa-apa yang ada di bawah perut. Kebahagiaan yang dia peroleh ketika berbuka dan berjumpa Allah adalah buah dari ketaatannya dalam menjalankan syariat puasa dengan penuh pengagungan kepada-Nya.
Inilah manhaj yang dikehendaki ada pada diri seorang muslim. Dia tahu ke arah mana dia melangkah. Apa yang dia harapkan dengan amalnya. Dia sadar bahwa jalan kebenaran itu ada kalanya tidak disenangi oleh hawa nafsu. Dia paham bahwa dunia ini merupakan tempat ujian dan penuh cobaan. Dia pun mengerti kepada siapa dia harus mencontoh dalam tata-cara ibadahnya. Dia tidak akan menyepelekan kebaikan walaupun tampak kecil.
Di bulan Ramadhan ini kita juga dituntut untuk lebih akrab dengan al-Qur’an. Lebih banyak membaca al-Qur’an. Hal ini mengisyaratkan betapa besar kebutuhan kita kepada hidayah. Sebagaimana kita juga dianjurkan untuk banyak-banyak berdzikir. Kita juga diperintahkan untuk bersedekah dan membantu orang yang kesulitan. Di bulan Ramadhan ini pula kita bisa merasakan ringan dalam melaksanakan ibadah.