Berkhidmat Pun Butuh Proses
Bismillah.
Diantara faidah yang kami dapatkan dari para asatidz dan penggerak dakwah di lapangan adalah bahwa untuk membantu perjuangan dakwah di masyarakat seorang muslim butuh untuk terus berlatih dan belajar serta mengasah kepekaan.
Masyarakat ini terdiri dari kalangan yang beraneka-ragam. Apalagi masyarakat dengan karakter budaya dan etika seperti masyarakat Jawa; Jogja dan sekitarnya. Ada yang sangat kental dengan tradisi dan ada pula yang bisa terbuka menerima ilmu dan wawasan yang lebih maju. Dalam berbagai kondisi seorang pegiat dakwah tidak boleh lepas dari ketulusan niat dan ikhlas. Tanpa hal itu maka capek dan lelahnya hanya sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dinilai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para guru kami -dan jumlah mereka itu mungkin tidak terlalu banyak- adalah orang-orang yang menyibukkan dirinya dengan dakwah dan ta’lim tanpa kenal lelah. Walaupun di sisi lain mereka juga punya keluarga, lingkungan dan organisasi yang mendukung kegiatan dakwahnya. Alhamdulillah kami jumpai para pejuang dakwah Sunnah ini pun perhatian kepada kondisi umat; dalam keadaan senang dan susah. Sebagian mereka ada yang berprofesi sebagai dosen, dokter, karyawan, pengajar, bahkan ada pula yang pengusaha.
Kurang lebih 15 tahun lalu saat terjadi erupsi Merapi dan dampaknya sangat luas menimpa warga Cangkringan dan sekitarnya, para asatidz dan penggerak dakwah Sunnah tidak ingin ketinggalan untuk beramal dan peduli kepada sesama. Banyak warga yang harus tinggal di pengungsian selama berbulan-bulan dan membutuhkan siraman rohani dan motivasi keimanan. Alhamdulillah para asatidz pun rela untuk terjun langsung menyalurkan bantuan dan ikut memberikan nasihat dan kajian di tengah warga korban bencana.
Mereka yang tinggal di lingkungan pesantren pun ikut andil dalam program dakwah di pedesaan dan lereng Merapi pasca erupsi dengan pengiriman dai setiap pekan ke beberapa titik di Kecamatan Cangkringan; daerah yang terlanda bencana erupsi Merapi kala itu. Para mahasiswa dari kampus UGM, UNY, dan yang lainnya pun ikut menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk membantu meringankan musibah yang menimpa masyarakat. Para takmir masjid pun bergerak menggalang dana dan bantuan bagi para pengungsi dan posko bencana.
Ini merupakan sedikit gambaran bagi kita bahwa untuk membangun kekuatan dakwah di masyarakat tentu membutuhkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak; dari tokoh agama, pengurus masjid, pemuda, mahasiswa, bahkan ibu-ibu serta para donatur. Ini adalah sebuah kekuatan yang akan menopang tegaknya amar ma’ruf dan nahi mungkar serta memperkokoh ukhuwah islamiyah. Di tengah berbagai kerancuan pemikiran, gaya hidup yang merusak dan carut-marut perpolitikan maka dakwah dengan penuh hikmah adalah solusi bagi masalah bangsa ini.
Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3). Kita membutuhkan kesadaran dari berbagai pihak untuk terus belajar ilmu dan menggerakkan kebaikan tanpa kenal lelah. Ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta dengan dibimbing oleh para ulama salaf Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Adalah sebuah kesombongan ketika kita merasa bahwa kita tidak lagi butuh belajar ilmu agama. Bagaimana tidak?! Sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia paling berilmu dan bertakwa pun diperintahkan oleh Allah untuk berdoa supaya ditambahkan ilmu kepada dirinya. Adalah sebuah kekeliruan jika kita menganggap bahwa tanpa ilmu manusia bisa berjaya di dunia dan di akhirat.
Kita sering berdoa kepada Allah ‘Wahai Robb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat’. Seorang ulama salaf Imam Hasan al-Bashri rahimahullah menjelaskan bahwa kebaikan di dunia itu berupa ilmu dan ibadah, sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga. Karena itulah ahli hadits besar Imam Bukhari rahimahullah menetapkan sebuah kaidah; bahwa ilmu sebelum ucapan dan amalan.
Belajarlah saudaraku, karena kita terlahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa…
Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com