AqidahFatwa UlamaPenyucian JiwaSyirikTafsir

Bercak Kemusyrikan

Syaikh Abdul Karim al-Khudhair hafizhahullah pernah ditanya :

لو سمحتم أن توضحوا مسألة: ارتكاب المعاصي وترك الواجبات لا يسلم من شوب شرك؟

Kalau sekiranya anda berkenan mohon jelaskan perkara : bergelimang maksiat dan meninggalkan kewajiban itu tidak terlepas dari bercak/noda kesyirikan?

Beliau menjawab :

لا شك أن ترك الواجب اتباع للهوى، أو اتباع لمتبوع، سواءً كان هوى أو آمر ومطاع، وكذلك ارتكاب المعصية

Tidaklah diragukan, bahwasanya meninggalkan kewajiban adalah perbuatan mengikuti hawa nafsu, atau mengikuti sesuatu yang diikuti sama saja apakah ia berupa hawa nafsu atau orang yang memerintahkan atau ditaati. Demikian pula halnya bergelimang maksiat.

إنما هو اتباع للهوى أو مجاملة لآمر سواءً كان قريباً أو بعيداً، سواءً كان أباً، أو أماً، أو أميراً، أو وزيراً، أو كبيراً

Sesungguhnya hal itu terjadi karena memperturutkan hawa nafsu atau demi menyenangkan orang yang memerintahkannya; sama saja apakah dia adalah kerabat, bukan kerabat, dan sama saja apakah dia adalah bapaknya, ibunya, pemimpin, menteri, atau pembesar/tokoh.

هذا كله فيه شوب من الطاعة وفيه شرك الطاعة، {مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ} [(43) سورة الفرقان

Ini semuanya tercampur padanya bentuk ketaatan (ibadah) dan di dalamnya terkandung syirik dalam hal ketaatan. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan.” (al-Furqan : 43)

فعله هوى، وأيضاً من لهث وراء الدنيا، وحاول اكتسابها وجمعها من حلها وحرامها

Perbuatan itu sendiri adalah tindakan memperturutkan hawa nafsu. Demikian juga hal itu tergolong perbuatan menjilat-jilat di balik kepentingan dunia, berupaya untuk mendapatkan dan mengumpulkannya tanpa peduli halal maupun haram.

هذا هو عبد لغير الله، شاء أم أبى، عبد للدرهم، وعبد للدينار

Orang semacam ini adalah hamba bagi selain Allah. Dia suka atau tidak, itulah kenyataannya. Dia telah menjadi hamba bagi dirham (uang perak) dan hamba bagi dinar (uang emas).

ولذا قال النبي -عليه الصلاة والسلام-: إن ترك الصلاة شرك، ((بين العبد وبين الشرك أو الكفر ترك الصلاة

Karena alasan semacam itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa meninggalkan sholat adalah kesyirikan. Beliau bersabda, “Batas antara seorang hamba dengan syirik atau kekafiran itu adalah dengan meninggalkan sholat.”

Sumber : Transkrip Syarah Kitab Tauhid (2) hal. 4

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *