Bekal Iman dan Takwa
Bismillah.
Alhamdulillah dengan taufik dan pertolongan Allah semata kaum muslimin bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan pada tahun ini dalam keadaan aman dan selamat. Kita juga berdoa kepada Allah agar mencurahkan keamanan dan ketentraman bagi saudara-saudara kita di Gaza dan sekitarnya…
Saudaraku yang dirahmati Allah, berlalunya bulan Ramadhan merupakan momen yang perlu kita cermati. Sebab banyak orang lupa akan hakikat dan tujuan ibadah puasa yang telah dia jalani selama ini. Ibadah puasa yang kita laksanakan bukan semata-mata ritual atau tradisi keagamaan. Lebih daripada itu ia menjadi madrasah untuk memperkuat iman dan memurnikan ketakwaan.
Bulan Syawwal merupakan pintu gerbang ketaatan dan amal kebaikan setelah Ramadhan. Jangan sampai kita lupa dari tujuan hidup dan tugas sebagai hamba Allah. Yang wajib untuk terus beribadah dan mentauhidkan-Nya selama hayat dikandung badan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin/kematian.” (al-Hijr : 99)
Para ulama salaf seperti Salim bin Abdullah bin Umar, Mujahid, al-Hasan, Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menafsirkan ‘keyakinan’ dalam ayat itu dengan kematian/maut. Sebagaimana telah dinukil oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya.
Imam Ibnu Katsir juga mengambil faidah dari ayat ini untuk membantah tafsiran kaum mulhid/sesat dan menyimpang dari kalangan Sufiyah yang mengatakan bahwa apabila seorang telah mencapai derajat keyakinan/mengenal Allah (ma’rifat dalam istilah mereka, red) maka gugur darinya taklif/pembebanan syariat.
Ibnu Katsir berkata :
وهذا كفر وضلال وجهل ، فإن الأنبياء – عليهم السلام – كانوا هم وأصحابهم أعلم الناس بالله وأعرفهم بحقوقه وصفاته ، وما يستحق من التعظيم ، وكانوا مع هذا أعبد الناس وأكثر الناس عبادة ومواظبة على فعل الخيرات إلى حين الوفاة . وإنما المراد باليقين هاهنا الموت ، كما قدمناه
Pendapat ini adalah kekafiran, kesesatan dan kebodohan. Sesungguhnya para nabi ‘alahimus salam dan para sahabatnya adalah orang-orang yang paling berilmu tentang Allah dan paling mengerti hak-hak-Nya dan mengenali sifat-sifat-Nya serta paling paham terhadap bentuk pengagungan yang layak untuk-Nya meskipun demikian mereka menjadi orang yang paling tekun beribadah dan paling banyak menunaikan amal ibadah dan paling rajin melakukan kebaikan hingga datangnya kematian. Sesungguhnya yang dimaksud ‘al-yaqin/keyakinan- dalam ayat ini adalah kematian, sebagaimana telah kami jelaskan di depan. (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim surat al-Hijr ayat 99 : link website : https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura15-aya99.html)
Dari sinilah kita bersama perlu untuk terus saling mengingatkan bahwa bulan puasa berakhir bukan berarti tamatnya ibadah dan ketaatan kepada Allah. Sebab Rabb yang kita sembah pada bulan Ramadhan juga menjadi Rabb yang kita sembah pada bulan Syawwal dan bulan-bulan yang lain.
Mari kita jaga sholat kita yang Allah wajibkan setiap hari 5 kali dalam sehari semalam. Jangan kita telantarkan sholat ini dengan alasan karena sibuk merayakan lebaran. Mari kita lanjutkan kebiasaan membaca al-Qur’an dan membaca dzikir pagi dan petang. Jangan sampai al-Qur’an tidak pernah lagi kita sentuh dengan alasan ini dan itu… Ibadah puasa di bulan Syawwal juga bisa kita lakukan pada waktu-waktu yang akan datang, sebagaimana telah dianjurkan untuk melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawwal dalam rangka menyempurnakan pahala ibadah puasa Ramadhan…
Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk terus berjalan dalam kebenaran dan mematikan kita di atas Islam dan Sunnah. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Yogyakarta 3 Syawwal 1446 H / 2 April 2025
Redaksi www.al-mubarok.com
Ditulis dari meja ketua Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari -semoga Allah menjaganya-