Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah menyebutkan di dalam bukunya Fiqh al-Ad’iyyah wal Adzkar (3/149) sebuah doa yang sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sujudnya, yaitu beliau membaca ‘Allahummaghfir lii dzanbii kullah, diqqahu wa jillah, awwalahu wa aakhirah, wa ‘alaaniyyatahu wa sirrah’ artinya, “Ya Allah, ampunilah dosaku semuanya; yang kecil maupun yang besar, yang awal hingga yang terakhir, yang tampak maupun yang tersembunyi.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Salah satu bacaan doa yang diajarkan untuk dibaca ketika sholat -bisa dibaca ketika sujud atau setelah tasyahud- ialah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu. Doa itu berbunyi ‘Allahumma inni zhalamtu nafsii zhulman katsiiraa, wa laa yaghfirudz dzunuuba illa anta, faghfir lii maghfiratan min ‘indik war-hamnii, innaka antal ghafuurur rahiim’ artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan banyak kezaliman. Dan tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau. Oleh sebab itu ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Bukhari dan Muslim) (lihat Fiqh al-Ad’iyyah wal Adzkar oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah, 3/158)

Bahkan, menjelang wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah memohon ampunan dari-Nya. Sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu’anha bahwa beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa menjelang wafatnya, ‘Allahummaghfirlii war-hamnii, wa al-hiqnii bir rafiiqil a’laa’ artinya, “Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku, dan kumpulkanlah diriku bersama ar-Rafiq al-A’la (teman-teman yang termulia).” (HR. Bukhari dan Muslim) (lihat Fiqh al-Ad’iyyah wal Adzkar, 3/226)

Telah menjadi kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila selesai dari suatu majelis/pertemuan beliau pun berdoa di akhirnya, ‘Sub-haanakallahumma wabihamdika asyhadu anlaa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik’ artinya, “Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan senantiasa memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- selain Engkau, aku mohon ampunan kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud dan disahihkan al-Albani dalam Sahih at-Targhib) (lihat Fiqh al-Ad’iyyah wal Adzkar, 3/305)

Wahai saudaraku -semoga Allah berikan taufik kepada kami dan anda- lihatlah bagaimana manusia yang paling berilmu dan paling bertakwa seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja senantiasa beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Padahal beliau adalah beliau…. Lalu bagaimana lagi dengan kita ini; bukankah kita lebih butuh kepada istighfar dan taubat?!

14718686_1803714443177090_1758038350701659065_n


Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *