Bismillah.
Alhamdulillah berikut ini rekaman kajian manhaj Islam yang disampaikan oleh Ustaz Ammi Nur Baits hafizhahullah di Masjid al-Ikhlas Sendowo – sebelah selatan RS. Sardjito Yogyakarta.
Bismillah.
Alhamdulillah berikut ini rekaman kajian manhaj Islam yang disampaikan oleh Ustaz Ammi Nur Baits hafizhahullah di Masjid al-Ikhlas Sendowo – sebelah selatan RS. Sardjito Yogyakarta.
Imam Ibnu ‘Ashim dan yang lainnya meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Setan berkata : Aku telah membinasakan manusia dengan dosa-dosa. Akan tetapi mereka membinasakanku dengan laa ilaha illallah dan istighfar. Ketika aku melihat hal itu aku pun menyebarkan di tengah mereka penyimpangan (hawa nafsu dan bid’ah). Sehingga mereka berbuat dosa namun tidak beristighfar. Karena mereka mengira bahwa dirinya melakukan perbuatan baik dengan sebaik-baiknya.” (lihat Ikramul Muwahhidin, hal. 9)
Bagian 3.
Keutamaan Ilmu
Nikmat Menimba Ilmu
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah ar-Rajihi hafizhahullah mengatakan, “Sesungguhnya menimba
ilmu adalah nikmat yang sangat agung. Dan sebuah anugerah dari Rabb kita subhanahu wa ta’ala. Karena menimba ilmu itu adalah salah satu bentuk ketaatan yang paling utama, dan salah satu ibadah yang paling mulia. Sampai-sampai para ulama mengatakan, “Sesungguhnya menimba ilmu adalah lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah.” Artinya adalah bahwa memfokuskan diri dalam rangka menimba ilmu itu lebih utama daripada memfokuskan diri untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah seperti sholat sunnah, puasa sunnah, dan lain sebagainya…” (lihat Minhatul Malik al-Jalil, 1/5)
Surat al-Fatihah adalah surat yang paling agung di dalam al-Qur’an. Hal ini mengisyaratkan bahwa kandungan ilmu dan hikmah dari surat ini telah mencakup pokok-pokok ilmu al-Qur’an.
oleh : Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah
Suatu saat, Syaikh ditanya :
حديث النبي صلي الله عليه وسلم: «ستفترق أمتي إلى اثنتين وسبعين فِرقة كلها في النار إلا واحدة
هل هذه الفِرق كلها في النار خالدين فيها ؟
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Umatku akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” (HR. Abu Dawud dalam as-Sunnah dan Tirmidzi dalam al-Iman). Apakah kelompok-kelompok yang menyimpang ini semuanya kekal di dalam neraka?
oleh : Ustadz Abu Hatim Abdul Mughni as-Sundawi hafizhahullah
Para Ulama mengatakan; pada awalnya Abul Hasan Ahmad Ibnu Yahya Ibnu Ishaq ar-Rawandi adalah lelaki yang shalih, manhajnya lurus, dan ilmunya luas.
Tidak terfikirkan olehnya jika suatu saat dia akan menjadi seorang yang zindik/sesat dan mulhid/atheis, karena ia adalah orang yang cerdas dan giat menuntut ilmu.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Seorang tabi’in bernama Yazid al-Faqir (al-faqir artinya ‘si bungkuk’) menuturkan:
Dahulu aku sempat terseret dalam salah satu pendapat sekte Khawarij -yaitu berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka, dan orang yang sudah masuk neraka tidak bisa lagi keluar darinya, pent-.
Suatu ketika, kami bersama serombongan orang berangkat menunaikan ibadah haji. Kemudian, kami keluar di hadapan orang-orang -untuk menyerukan pemikiran Khawarij dan menghasut manusia untuk mengikutinya, pent-.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan:
Kebid’ahan yang menyebabkan seseorang termasuk golongan ahlul ahwa’ [pengekor hawa nafsu] adalah sesuatu yang telah masyhur di kalangan ulama yang memahami Sunnah bahwa hal itu jelas-jelas berseberangan dengan al-Kitab dan as-Sunnah. Seperti halnya bid’ah Khawarij, Rafidhah/Syi’ah, Qadariyah, dan Murji’ah.