AkhlaqAmalNasehat

Mau Lari Kemana?

the_core_death_2

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; sesungguhnya kematian yang kalian berusaha lari darinya, maka ia pasti menjumpai kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat yang mengetahui segala perkara gaib dan yang nyata, lalu Dia akan mengabarkan kepada kalian tentang apa-apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah : 8)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian.” (QS. Ali ‘Imran : 185)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sebagian orang akan masuk ke dalam surga, dan sebagian yang lain akan masuk ke dalam neraka.” (QS. Asy-Syura : 7)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk : 2)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Tidak ada waktu istirahat bagi seorang mukmin sebelum dia berjumpa dengan Allah.”

Seorang penyair mengatakan :

Kematian adalah pintu, dan semua orang pasti memasuki
Aduhai, seandainya aku tahu tempat seperti apakah setelah kematian itu?

Tempat di surga, jika kamu beramal dengan apa-apa
Yang bisa membuat ridha ilahi, tetapi jika kamu teledor, neraka lah tempatnya

Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata, “Beruntunglah orang yang banyak mengingat kematian. Tidaklah seorang hamba memperbanyak ingat mati kecuali pasti tampak pada amal perbuatannya.”

‘Ammar bin Yasir radhiyallahu’anhu berkata, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat, keyakinan menjadi penopang rasa berkecukupan, dan cukuplah ibadah menjadi perkara yang membuat diri penuh dengan kesibukan.”

al-Harits bin Idris pernah berkata : Aku bertanya kepada Dawud ath-Tha’i, “Berikanlah nasihat untukku.” Beliau menjawab, “Barisan tentara kematian senantiasa menunggu kedatanganmu.”

Abud Darda’ radhiyallahu’anhu berkata, “Aku menyukai kefakiran sebagai bentuk perendahan diri kepada Rabbku, aku pun mencintai kematian karena rindu bertemu Rabbku, dan aku suka sakit karena ia akan menghapus dosa-dosaku.”

Hasan al-Bashri rahimahullah ditanya, “Wahai Abu Sa’id, bagaimanakah menurutmu keadaan dirimu?” Beliau menjawab, “Seperti keadaan orang yang di waktu sore menantikan datangnya kematian, dan apabila tiba waktu pagi maka dia tidak tahu apakah masih bisa bertemu waktu sore, dan bagaimanakah kiranya dia mati?”

Mutharrif bin Abdillah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kematian ini telah menghancurkan kenikmatan para pemuja kenikmatan, oleh sebab itu carilah suatu kenikmatan yang tiada kematian padanya.”

Seorang bijak berkata kepada temannya, “Wahai saudaraku, takutlah akan kematian di dunia ini sebelum kamu tiba pada suatu tempat dimana kamu mengangankan kematian dan kamu tidak akan bisa menemukannya.”

Ibnu Abdi Rabbihi berkata kepada Mak-hul, “Apakah kamu menyukai surga?” Beliau menjawab, “Siapakah orang yang tidak cinta surga.” Kemudian Ibnu Abdi Rabbihi mengatakan, “Kalau begitu, cintailah kematian. Karena tidaklah kamu akan bisa melihat surga kecuali setelah kamu mengalami kematian.”

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya setiap diri melihat apa yang sudah dia siapkan untuk hari esok/akhirat. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa saja yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

Sumber : Aina Nahnu Min Haa’ulaa’i, Jilid 1 karya Syaikh Abdul Malik al-Qasim

tumblr_mj3atzo4lL1qgdsr7o1_500

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *