IlmuNasehatTafsir

Pemetik Hidayah al-Qur’an

Bismillah.

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk dan cahaya bagi hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba dan utusan-Nya, sang pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Amma ba’du.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Kitabullah yaitu al-Qur’an merupakan petunjuk dan bimbingan bagi segenap insan. Meskipun demikian, hanya orang-orang bertakwa sajalah yang bisa memetik hidayah al-Qur’an. Karena di dalam diri mereka terdapat sebab utama untuk meraihnya, yaitu takwa kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman

ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين

“Inilah Kitab yang tiada keraguan sedikit pun di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang bertakwa.” (QS. al-Baqarah : 2)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan :

ومعنى الكلام : أن هذا الكتاب – وهو القرآن – لا شك فيه أنه نزل من عند الله ، كما قال تعالى في السجدة : ( الم تنزيل الكتاب لا ريب فيه من رب العالمين ) [ السجدة : 1 ، 2 ] . [ وقال بعضهم : هذا خبر ومعناه النهي ، أي : لا ترتابوا فيه ]

“Makna kalimat ini adalah bahwa kitab ini -yaitu al-Qur’an- tiada keraguan padanya bahwa ia turun dari sisi Allah. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat as-Sajdah (yang artinya), “Alif lam lim. Kitab yang diturunkan ini, tiada keraguan padanya, ia benar-benar berasal dari Rabb seru sekalian alam.” (QS. as-Sajdah : 1-2).

Sebagian ahli tafsir menjelaskan, “Ini adalah berita yang bermakna larangan. Maksudnya; janganlah kalian meragukannya.”

[sumber : Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim]

Allah mengistimewakan orang yang bertakwa dengan hidayah al-Qur’an. Allah berfirman,

قل هو للذين آمنوا هدى وشفاء

“Katakanlah; ia -al-Qur’an- diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman sebagai petunjuk dan obat…” (QS. Fushshilat : 44)

وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ولا يزيد الظالمين إلا خسارا

“Dan Kami turunkan al-Qur’an itu yang di dalamnya terdapat obat dan rahmat bagi orang-orang beriman, dan tidaklah ia menambah kepada orang-orang zalim melainkan kerugian.” (QS. al-Israa’ : 82)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan :

لأنه هو في نفسه هدى ، ولكن لا يناله إلا الأبرار

“Karena pada hakikatnya secara substansi al-Qur’an itu berisikan hidayah, akan tetapi tidaklah bisa meraihnya kecuali orang-orang baik saja.” [lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim]

Allah berfirman,

ياأيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين

“Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian suatu nasihat dari Rabb kalian, obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Yunus : 57)

عن ابن مسعود ، وعن ناس من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( هدى للمتقين ) قال : هم المؤمنون .

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dari sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menafsirkan bahwa ‘petunjuk bagi orang-orang bertakwa’ maksudnya adalah bagi ‘orang-orang beriman’ [lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim]

عن ابن عباس : ( للمتقين ) أي : الذين يحذرون من الله عقوبته في ترك ما يعرفون من الهدى ، ويرجون رحمته في التصديق بما جاء به

Diriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘bagi orang yang bertakwa’ maksudnya adalah orang-orang yang merasa takut dari hukuman Allah apabila meninggalkan suatu petunjuk yang telah mereka ketahui, dan mereka mengharap rahmat Allah ketika membenarkan ajaran yang dibawakan kepada mereka [lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim]

عن ابن عباس : ( للمتقين ) قال : المؤمنين الذين يتقون الشرك بي ، ويعملون بطاعتي

Diriwayatkan juga dari Ibnu ‘Abbas ‘bagi orang-orang bertakwa’ beliau menjelaskan, maksudnya adalah “orang-orang yang menjaga diri dari perbuatan syirik kepada-Ku dan mereka melakukan ketaatan kepada-Ku.” [lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim]

Imam al-Baghawi rahimahullah menerangkan :

قال ابن عباس رضي الله عنهما المتقي من يتقي الشرك والكبائر والفواحش

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan, “Orang yang bertakwa itu adalah orang yang memelihara dirinya dari syirik, dosa-dosa besar, dan perbuatan-perbuatan keji.” [lihat Tafsir al-Baghawi]

وقال ابن عمر : التقوى أن لا ترى نفسك خيرا من أحد

Ibnu ‘Umar mengatakan, “Takwa itu adalah ketika kamu tidak melihat bahwa dirimu lebih baik daripada siapa pun.” [lihat Tafsir al-Baghawi]

Demikian sekelumit pelajaran yang bisa kami sarikan dalam kesempatan ini, semoga berfaidah dan membuahkan ilmu yang hakiki ke dalam diri dan kehidupan kita. Wallahu a’lam bish shawaab.

1511_md_13160853691

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *