Ibadah

Ramadhan Belum Usai

Bismillah.

Menjelang akhir Ramadhan sering kita jumpai banyak kaum muslimin yang justru melalaikan waktu-waktu yang sangat utama seperti 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Padahal pada malam-malam itulah terdapat lailatul qadar yang keutamaannya lebih dari 1000 bulan.

Mereka disibukkan dengan hal-hal yang sejatinya tidak urgen atau bahkan tidak diajarkan di dalam agama. Mereka menganggap hal itu sebagian bagian dari pengagungan kepada hari raya. Padahal, nabi dan para sahabatnya tidak melakukannya. Sementara mereka adalah orang-orang yang paling bertakwa dan paling bersemangat dalam beribadah.

Ada yang terlalu sibuk berbelanja dengan alasan untuk mempersiapkan lebaran bersama keluarga. Sampai-sampai sholat tarawih bahkan sholat wajib berjamaah di masjid pun mulai dilalaikan. Ada yang terlalu sibuk memperbaiki bangunan rumahnya dan menghias dengan perabot ini dan itu dengan alasan untuk memeriahkan lebaran dan menyambut tamu. Bahkan ada yang menampakkan makan di siang hari di pinggir jalan seolah-olah ini bukan bulan puasa. Sebagian lagi ada yang sibuk dengan latihan alat-alat musik dengan alasan untuk persiapan menyemarakkan malam takbiran. Akhirnya tilawah al-Qur’an semakin ditinggalkan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 hari akhir Ramadhan semakin bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi kesungguhan beliau pada hari-hari sebelumnya. Bahkan disebutkan dalam hadits bahwa pada sepuluh malam terakhir itu beliau membangunkan keluarganya untuk menghidupkan malam dengan sholat dan ibadah, serta beliau pun mengencangkan sarungnya; yaitu tidak menggauli istrinya karena beliau fokus i’tikaf di masjid.

Dalam hadits sahih Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berdiri/mengidupkan malam Lailatul qadar dalam keadaan beriman dan mengharap pahala niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh sebab itu para ulama salaf pun mengisi malam-malam tersebut dengan sholat, membaca al-Qur’an dan dzikir. Mereka memperbanyak membaca al-Qur’an dan beri’tikaf di masjid.

Ini adalah diantara Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulai banyak ditinggalkan manusia. Banyak orang yang pikirannya sudah tertuju pada lebaran dan hari raya, sementara malam-malam yang begitu berharga ini dibiarkan berlalu begitu saja…. Wallahul musta’aan.

Para ulama mengatakan bahwa hari ied bukanlah bagi orang yang mengenakan pakaian baru, tetapi hari ied adalah hari yang diraih oleh orang yang ketaatannya semakin bertambah. Di akhir Ramadhan bukanlah waktu untuk melupakannya, justru ini adalah waktu yang paling berharga untuk dimanfaatkan dalam ibadah dan kebaikan. Bukan waktu bersantai-santai atau membuang-buang energi untuk kesia-siaan apalagi maksiat dan dosa. Ibarat seorang pelari yang telah mendekati garis finish maka ia semakin bersemangat dan memacu larinya, bukan malah tambah loyo dan melambat.

Apakah kita sudah mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan ini? Kalau belum mari kita atur waktu dan strategi agar bulan ini kita bisa khatam al-Qur’an minimal sekali. Kalau sudah khatam mari ditingkatkan untuk bisa khatam 2 kali dan seterusnya. Kita kurangi aktifitas yang kurang penting dan menyediakan waktu khusus di siang hari atau malam hari untuk banyak membaca al-Qur’an. Jangan justru membuang waktu hanya dengan tidur atau main game.

Ramadhan terlalu berharga dan terlalu mulia untuk kita sia-siakan. Sebab belum tentu tahun depan kita bisa berjumpa dengannya. Bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir untukmu. Inilah waktu semua pintu surga dibuka dan semua pintu neraka ditutup bahkan setan-setan ganas pun dibelenggu. Inilah waktu untuk menanam investasi akhirat dengan infak dan amal salih. Dunia ini pasti pergi dan berakhir, sementara akhirat menuju diri kita dan abadi selama-lamanya.   

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *