Penyucian Jiwa

Menjaga Iman

Bismillah.

Salah satu nasihat yang sering kita dengarkan dari para khotib Jum’at adalah nasihat untuk meningkatkan takwa. Betul, takwa adalah bekal terbaik bagi setiap hamba untuk berjumpa dengan Rabbnya.

Ketakwaan kepada Allah bukan berhenti pada teori di atas kertas atau retorika. Takwa memiliki makna yang teramat dalam menembus relung hati dan terpancar dalam gerak-gerik serta aktifitas kehidupan kita. Apabila kita tengok khazanah ilmu dari para ulama pakar agama, maka takwa itu terlukis dalam ribuan lembar dan berjilid-jilid kitab yang telah mereka tulis dalam berbagai bab ilmu agama.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian kepahaman tentang agama menjadi pintu gerbang utama peningkatan kualitas iman dan takwa. Dari sana Imam Bukhari dan para ulama yang lain pun menorehkan pedoman; bahwa ilmu didahulukan sebelum segala ucapan dan perbuatan.

Para ulama telah memaparkan bahwa iman itu mencakup ucapan dan perbuatan. Ini merupakan bagian dari aqidah Islam yang telah baku. Iman bertambah dengan ketaatan dan amal salih, serta ia berkurang akibat maksiat dan dosa-dosa. Oleh sebab itu program menjaga iman menjadi tugas utama dan misi harian seorang muslim di mana pun berada. Wajar lah jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpesan agar kita selalu menjaga takwa di mana pun dan kapan pun. Takwa itulah bukti keimanan dan parameter penghambaan.

Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.” Apabila iman itu tidak cukup dengan keyakinan hati, tetapi ia juga harus tertuang dalam bentuk ucapan dan amal anggota badan; maka ketakwaan kepada Allah pun demikian. Takwa merupakan sikap hidup yang membuahkan ketundukan kepada Allah dalam segala perintah dan larangan-Nya.

Takwa bukanlah titel akademis. Iman juga bukan sebuah asesoris yang dengan seenaknya boleh dilepaskan saat dinilai tidak menguntungkan. Allah perintahkan orang beriman untuk bertakwa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa takwa merupakan bagian dari bentuk syukur kepada Allah atas nikmat iman yang telah kita rasakan. Artinya, iman itulah yang menjadi pondasi, akar, dan penjaga nilai-nilai ibadah kepada Allah. Karena ibadah tanpa iman adalah ibadah yang hampa dari motor penggerak dan pondasi penegak. Allah berfirman (yang artinya), “Dan seandainya mereka itu berbuat syirik pasti lenyaplah semua amal yang dahulu pernah mereka kerjakan.” (al-An’am : 88)

Pada bulan Ramadhan ini kita digembleng untuk senantiasa mengedepankan takwa dan memperkuat iman dalam segala keadaan. Sebab pada hakikatnya setiap hari dan setiap masa adalah episode cobaan dan ujian yang Allah berikan kepada bani Adam. Ada yang bisa melalui ujian dengan baik, tetapi tidak sedikit yang gagal dan terjungkal dalam barisan pecundang. Ibnul Qayyim rahimahullah menggambarkan :

Mereka itu berlari dari penghambaan yang menjadi tujuan diciptakan

Akhirnya, mereka justru terjebak dalam perbudakan kepada nafsu dan setan…

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *