AmalAqidahBantahanFatwa Ulama

Kedudukan Amal Dalam Iman

06

oleh : Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah

هل الأعمال شرط في صحة الإيمان أم شرط في كماله أم في المسألة تفصيل ؟ وهل القول بأن كل الأعمال شرط كمال يترتب عليه محذور ؟

Apakah amal merupakan syarat sah iman ataukah syarat penyempurna iman, ataukah dalam masalah ini ada perincian? Dan apakah pendapat yang menyatakan bahwa setiap amalan adalah syarat penyempurna iman menimbulkan dampak perkara yang terlarang/menyimpang?

Beliau menjawab :

الأعمال عند أهل السنة والجماعة جزء من الإيمان ، لأن مسمى الإيمان عند جماهير أهل السنة والجماعة تصديق بالقلب ونطق باللسان وعمل بالقلب وعمل بالجوارح يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية ، ولهم على ذلك عبارات منها قولهم : الإيمان عمل ونية ، ومنها قولهم الإيمان قول باللسان وتصديق بالجنان وعمل بالأركان ، يزيد بالطاعة وينقص بالعصيان ، فلا يقال: إن العمل شرط صحة أو شرط كمال في الإيمان ، لأن الشرط غير المشروط فهو يوافق قول المرجئة الذين يقولون : الأعمال ثمرة الإيمان أو دليل الإيمان أو هي مقتضى الإيمان ، بل الصواب أن الأعمال داخلة في مسمى الإيمان فهي جزء منه ، كما دلت على ذلك النصوص من كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم ، وكما قرره أهل العلم من الصحابة والتابعين ومن بعدهم من الأئمة والعلماء وجماهير أهل السنة والله الموفق

Amal dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bagian dari iman. Karena objek penamaan iman dalam pandangan segenap ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah pembenaran di dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan amal dengan hati dan anggota badan, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Mereka memiliki berbagai ungkapan untuk menyatakan hal ini. Diantaranya, mereka mengatakan, ‘iman adalah amal dan niat’. Diantaranya mengatakan ‘iman adalah ucapan lisan, pembenaran hati, dan amal dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat’.

Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan bahwa amal merupakan syarat sah atau syarat penyempurna iman. Karena syarat -dalam istilah ushul fiqih, pent- adalah sesuatu yang lain dan terpisah dengan sesuatu yang menjadi tujuan syarat itu. Apabila dipahami seperti itu maka akan bersesuaian dengan pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa amal adalah buah iman atau dalil/penunjuk kepada iman -tanda keimanan- atau ia sebagai konsekuensi iman semata.

Akan tetapi pendapat yang benar ialah bahwa amal termasuk dalam objek penamaan iman, sehingga ia adalah bagian di dalam iman itu sendiri. Demikianlah sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan demikian pula yang ditetapkan oleh para ulama dari kalangan Sahabat dan tabi’in serta orang-orang setelah mereka yaitu para imam, ulama, dan segenap Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Wallahul muwaffiq.

Sumber : http://shrajhi.com/Fatawa/ID/456

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *