Aqidah

Manajemen Ibadah

Bismillah.

Salah satu perkara yang menjadi bukti kesempurnaan ajaran Islam adalah ia menunjukkan kepada kita apa yang menjadi tujuan hidup dan jalan kebahagiaan manusia; yaitu dengan beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan syirik kepada-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama bahwa ibadah mencakup segala perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya; dalam bentuk ucapan dan perbuatan; yang tampak maupun yang tersembunyi.

Dari sini kita mengetahui bahwa dalam memahami ibadah kita tidak bisa bersandar kepada akal atau perasaan manusia. Karena ibadah kepada Allah dibangun di atas dalil dan petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu para ulama juga menafsirkan ibadah dengan bentuknya yang paling utama berupa ketaatan. Ketaatan ini mencakup melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.

Dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan, seorang muslim tidak bisa lepas dari bimbingan wahyu; baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Perintah Allah yang paling besar dan paling utama adalah tauhid sedangkan larangan yang paling besar adalah syirik. Dari sini maka seorang muslim wajib memahami hakikat tauhid dan bahaya syirik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Tauhid mengandung penetapan ibadah bagi Allah semata dan menolak segala bentuk sesembahan selain-Nya.

Tauhid merupakan syarat diterimanya seluruh amalan. Tanpa tauhid maka amal tertolak. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Dari sini kita mengetahui bahwa hakikat beribadah kepada Allah bukan sekedar mengerjakan sholat, membayar zakat, berpuasa, atau bersedekah dan berdakwah. Akan tetapi ibadah kepada Allah harus disertai pengingkaran kepada segala bentuk keyakinan dan perbuatan syirik kepada Allah.

Ibadah kepada Allah juga harus sesuai dengan perintah dan ajaran nabi, karena tidak ada jalan bagi kita untuk mengetahui apa yang dicintai dan diridhai Allah kecuali melalui jalur rasul. Karena itulah Allah menyebut ketaatan kepada rasul sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul sungguh dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisaa’ : 80)

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *