Belajar Jarak Jauh

Takut Berbuat Syirik (bagian 2)

Bismillah.

Alhamdulillah dalam kesempatan ini kita bisa dimudahkan untuk melanjutkan pembahasan faidah dari Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah. Pada tulisan sebelumnya kita telah masuk pembahasan bab khouf minasy syirki; rasa takut terhadap syirik.

Seorang mukmin wajib khawatir imannya rusak. Oleh sebab itu dikatakan oleh sebagian salaf bahwa, “Orang beriman memadukan antara berbuat baik dengan merasa khawatir, sedangkan orang kafir/fajir memadukan antara berbuat jelek/maksiat dengan merasa aman.”

Pada bagian sebelumnya kita telah membaca ayat yang dibawakan oleh penulis dari surat an-Nisaa’ ayat 48 yang menunjukkan bahwa syirik merupakan dosa besar yang paling besar; karena ia menjadi jajaran dosa yang tidak diampuni oleh Allah. Yang dimaksud adalah bagi orang yang meninggal dalam kondisi tidak bertaubat dari dosa syiriknya. Adapun bagi orang yang bertaubat maka Allah mengampuninya.

Kemudian, penulis membawakan ayat berikutnya di dalam surat Ibrahim ayat 35 :

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan jauhkanlah aku beserta anak keturunanku dari menyembah patung/berhala-berhala.”

Ini adalah doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada Rabbnya. Yang menunjukkan betapa besar rasa takut beliau terjerumus dalam dosa syirik. Padahal beliau adalah bapaknya para nabi, kekasih Allah, orang yang diperintahkan oleh Allah untuk membangun Ka’bah. Bahkan beliau lah yang mengancurkan berhala-berhala kaumnya. Meskipun demikian beliau tidak merasa aman dari bahaya syirik.

Ini membuktikan kebenaran ucapan para ulama bahwa semakin dalam ilmu seorang hamba kepada Allah maka semakin dalam pula rasa takutnya. Oleh sebab itu para ulama salaf juga menekankan bahwa hakikat ilmu yang bermanfaat adalah yang membuahkan rasa takut kepada Allah. Yang dimaksud takut di sini adalah rasa takut yang disertai dengan harapan dan kecintaan. Rasa takut yang melahirkan pengagungan kepada Allah dan ketundukan kepada perintah dan larangan-Nya.

Termasuk konsekuensi dari doa adalah seorang hamba wajib berusaha menjauhi segala sebab yang dapat mencelakakannya; dengan dia menimba ilmu tentang tauhid dan syirik. Dia kenali syirik dan macam-macamnya agar bisa terhindar dari bahayanya. Karena hakikat tauhid adalah memurnikan segala bentuk ibadah untuk Allah, maka seorang muslim wajib menjaga amalnya dari syirik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Karena itu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita doa untuk berlindung dari syirik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan umat dari bahaya syirik yang ia lebih samar dari berkas rayapan seekor semut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita doa untuk diberi keteguhan hati di atas agama dan supaya dibimbing menuju ketaatan.

Dari sini kita mengetahui bahwa menjaga amal itu terkadang jauh lebih berat daripada melakukan amal itu sendiri. Banyak orang bisa mengerjakan sholat, puasa, sedekah dsb akan tetapi sedikit diantara mereka yang mampu menjaga amalan-amalannya dari kotoran syirik berupa riya’, ujub dsb.

Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk mengenali syirik dan menjauhinya.

Penyusun : Redaksi www.al-mubarok.com

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *