Ramadhan dan Islam

Bismillah…

Merupakan perkara yang diketahui secara luas bahwa ibadah puasa Ramadhan salah satu pilar dalam agama Islam. Apa yang biasa kita kenal dengan nama rukun islam. Pilar-pilar agama yang menjadi penopang tegaknya agama Islam.

Ibadah puasa memiliki keistimewaan luar biasa. Diantaranya adalah ia menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya. Oleh sebab itulah Allah menyebut bahwa puasa itu untuk-Nya dan Allah sendiri yang akan langsung membalasnya; yaitu tanpa batasan perhitungan. Tidak lain karena puasa merupakan bagian dari kesabaran.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berpuasa Ramadhan adalah sebuah kewajiban agung di dalam Islam. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

Islam itu sendiri dalam makna yang luas adalah bentuk kepasrahan kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Inilah makna Islam yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh para nabi ‘alaihimus salam.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari selain islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya dan kelak di akhirat dia pasti akan termasuk golongan orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Ibadah puasa mengandung nilai iman yang sangat utama yaitu keikhlasan dan kesabaran. Tidak ada yang mengetahui hakikat puasa seorang hamba selain Allah. Di dalam puasa itu tergabung berbagai bentuk kesabaran; sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan, dan sabar dalam menghadapi musibah/perkara yang tidak menyenangkan dalam urusan dunia seperti lapar dan haus.

Dengan demikian puasa Ramadhan merupakan sebuah momen yang sangat berharga bagi seorang muslim dalam memperkuat keimanan, mengokohkan ketakwaan dan meraih kebahagiaan.

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, benar-benar Kami akan memberikan kepada mereka kehidupan yang baik dan Kami akan berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Ikhlas merupakan syarat diterimanya seluruh amalan. Sebagaimana tauhid merupakan pondasi agama dan asas semua amal salih. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)

Syirik merupakan dosa besar yang paling besar dan penghapus segala bentuk amal kebaikan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan seandainya mereka itu melakukan syirik niscaya akan lenyap semua amal yang pernah mereka lakukan.” (al-An’am : 88)

Ibadah puasa merupakan sarana untuk mengasah keikhlasan dan menguatkan ketakwaan. Seorang hamba meninggalkan apa yang dicintainya demi mendapatkan kecintaan Allah. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan gantikan baginya sesuatu yang lebih baik darinya.

Sebagian salaf mengatakan bahwa hakikat takwa adalah melakukan ketaatan di atas cahaya dari Allah dengan mengharap pahala dari-Nya, dan meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan perasaan takut terhadap hukuman-Nya. Sehingga ibadah ini memadukan antara khauf/rasa takut dan roja’/harapan. Di dalamnya juga terkandung kecintaan/mahabbah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *