NasehatTauhid

Menguji Kesabaran

Bismillah.

Salah satu sifat utama orang beriman adalah bersabar dalam menghadapi cobaan demi cobaan. Sabar itu sendiri mengandung kekuatan batin dan keteguhan hati dalam menyikapi berbagai keadaan dalam hidup. Orang beriman meyakini bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini dengan takdir Allah dan di bawah ilmu serta pengawasan-Nya.

Apa-apa yang tidak menyenangkan dalam perkara dunia seperti haus, lapar, sakit, miskin, susah, dan lain sebagainya bukanlah menjadi alasan bagi orang beriman untuk protes kepada Allah. Sebab apa yang Allah tetapkan menimpa kita bukanlah sesuatu yang tidak ada hikmahnya. Bahkan banyak musibah duniawi yang menerpa itu pada hakikatnya untuk membersihkan dosa, meningkatkan derajat dan untuk menguji kesabaran kita dalam menghadapi masalah. Oleh sebab itu disebutkan bahwa ‘bisa jadi apa yang kalian tidak suka itu lebih baik bagi kalian, begitu pula sebaliknya’.

Dari sinilah kita semua perlu kembali menelaah kondisi hati kita di saat tertimpa musibah dari urusan dunia. Sejauh mana musibah itu menguatkan kesabaran dan keimanan kita. Ataukah justru deraan musibah semakin membuat kita jauh dari Allah dan ketaatan kepada-Nya. Tentu tidak ada orang yang senang terkena bencana dan malapetaka. Akan tetapi inilah kenyataan hidup; sesuatu yang menuntut kita bersikap jernih dan berpandangan positif di balik musibah dan rintangan yang ada.

Para rasul adalah teladan terbaik dalam kesabaran. Mereka didustakan, dituduh sebagai penyihir atau orang gila, dijuluki sebagai pendusta, dilempari dengan batu, diusir dari tanah kelahirannya, diperangi, dilecehkan dan bahkan ada yang sampai dibunuh. Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa setiap jengkal perjalanan dakwah ini membutuhkan bekal sabar dan keimanan. Tanpa itu niscaya orang akan gagal, hancur, dan penuh dengan kegalauan dan kesedihan tak berkesudahan.

Bulan Ramadhan adalah madrasah bagi kesabaran. Sabar dalam menunaikan kewajiban kepada Allah; walaupun harus lapar dan haus dan menahan syahwat. Perjuangan hidup ini tidak bisa lepas dari kesabaran. Maka seorang muslim selalu dibimbing untuk tetap di atas imannya dan istiqomah dalam mengikuti syariat serta tabah dalam menghadapi cobaan dan rintangan kehidupan. Sabar inilah yang akan menjadi lentera dan penerang perjalanan hidup umat manusia di tengah gelapnya fitnah dan kezaliman.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Sabar dalam iman seperti kedudukan kepala dalam badan; apabila kepala itu putus maka badan tidak bisa lagi bertahan.” Imam Ahmad rahimahullah menyebutkan bahwa di dalam al-Qur’an Allah menyebutkan tentang sabar sampai 90 tempat. Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah pun membuat bab bahwa termasuk iman kepada Allah adalah dengan bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah…

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *