Bismillah.
Alhamdulillah dengan taufik Allah semata, berikut ini kami sajikan sebuah tautan untuk mengunduh rekaman kajian ilmiah yang disampaikan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dengan tema :
Bismillah. Diantara perkara yang sangat kita butuhkan pada masa seperti sekarang ini adalah keberadaan aqidah khouf dan roja’ di dalam hati. Para ulama menggambarkan bahwa seyogyanya seorang mukmin hidup di alam dunia ini seperti seekor burung dengan dua belah sayap dan kepalanya. Adapun kedua belah sayap itu ibarat dari khouf dan roja’. Khouf yaitu rasa … Baca Selengkapnya
Bismillah. Memahami hakikat kehidupan dunia adalah penting bagi kita. Sebab banyak orang terpedaya. Satu demi satu petunjuk agama dia tinggalkan karena memburu kesenangan dunia yang semu. Dia hanyut dalam genangan dosa seolah tak mau lepas darinya. Allahul musta’an… Adalah sebuah keniscayaan bagi seorang hamba untuk meniti jalan kebenaran bersama rombongan para pejuang keimanan dan penegak … Baca Selengkapnya
Bismillah.
Alhamdulillah dengan taufik Allah semata, berikut ini kami sajikan sebuah tautan untuk mengunduh rekaman kajian ilmiah yang disampaikan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dengan tema :
Materi :
– Makna dan Hakikat Ibadah
– Pokok-Pokok Ibadah
– Syarat Diterimanya Ibadah
Surat al-Fatihah mengandung pelajaran penting seputar makna dan hakikat ibadah. Di dalamnya terkandung pokok-pokok ibadah; yaitu cinta, takut, dan harap. Di dalamnya juga terkandung syarat diterimanya ibadah; yaitu harus ikhlas dan sesuai tuntunan. Di dalamnya juga terkandung ketetapan bahwa ibadah adalah hak Allah semata, tidak boleh menujukan ibadah kepada selain-Nya.
—
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa pun kenikmatan yang ada pada kalian, maka itu adalah berasal dari Allah.” (An-Nahl : 53)
Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan (lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17, at-Tauhid al-Muyassar, hal. 53). Oleh sebab itu orang arab menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq mu’abbad (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [1/34]). Yaitu jalan yang telah dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak oleh telapak kaki manusia (lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 34). Sehingga, ibadah bisa diartikan dengan perendahan diri, ketundukan, dan kepatuhan (lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah Syarh al-Wajibat, hal. 28).