IbadahImanMutiara Hikmah

Persembahkan Sembelihan Untuk Allah

Bismillah.

Salah satu bentuk ibadah kepada Allah adalah dengan menyembelih hewan atau berkurban. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb seru sekalian alam.” (al-An’am : 162)

Ibadah kepada Allah itu sendiri tidak akan diterima kecuali jika dipersembahkan kepada Allah semata, tidak boleh mempersekutukan Allah dalam hal ibadah itu. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (an-Nisaa’ : 36). Beribadah kepada Allah dan juga kepada selan-Nya ini disebut sebagai kesyirikan.

Begitu pula sembelihan. Tidak boleh memberikan sembelihan dalam rangka pendekatan diri/amalan ibadah/ritual serta pengagungan kecuali kepada Allah. Sehingga tidak boleh mempersembahkan sembelihan semacam ini kepada jin atau setan atau kepada raja dan pemimpin/tokoh sebagai bentuk pengagungan kepada mereka. Disebabkan hal itu termasuk kategori menujukan ibadah kepada selain Allah (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh al-Fauzan, hlm. 153)

Allah juga berfirman (yang artinya), “Maka sholatlah untuk Rabbmu, dan sembelihlah kurban.” (al-Kautsar : 3). Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat tersebut, “Artinya ikhlaskanlah untuk-Nya sholatmu dan sembelihanmu. Karena sesungguhnya dahulu orang-orang musyrik itu terbiasa menyembah patung dan menyembelih untuk dipersembahkan kepadanya…” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 3/275)

Dengan demikian mempersembahkan sembelihan -dalam rangka ritual pengagungan- kepada selain Allah adalah perbuatan yang haram dan dibenci oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah melaknat orang yang menyembelih dalam rangka dipersembahkan kepada selain Allah.” (HR. Muslim). Perbuatan menyembelih untuk dipersembahkan kepada selain Allah adalah syirik (lihat al-Mulakhash fi Syarh Kitab al-Tauhid, hlm. 98)

Kurban kepada Allah adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menebarkan kebaikan bagi sesama. Dengan kata lain menunaikan ibadah kurban merupakan syiar tauhid dan keimanan, sedangkan mempersembahkan sembelihan kepada selain Allah merupakan syiar syirik dan kekafiran. Maka apabila seorang hamba mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya itu menunjukkan ketakwaan pelakunya di hadapan Allah. Sebab dia telah menunaikan perintah Allah yang sangat agung. Allah tidaklah membutuhkan daging atau darah hewan kurban itu, tetapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari para hamba.

Adalah sebuah kebahagiaan tentu saja apabila anda termasuk orang-orang yang dimudahkan oleh Allah untuk menunaikan ibadah yang agung ini. Dan kebahagiaan itu akan semakin bertambah ketika dia mampu menikmati kelezatan ibadah itu di dalam hatinya, bukan sebatas pelaksanaan amalan secara lahiriah. Sebab betapa banyak orang yang secara penampilan lahiriah melakukan amal-amal kebaikan tetapi hatinya kosong dari tauhid dan keikhlasan.

Mudah-mudahan Allah pertemukan kita dengan Dzulhijjah; bulan dimana sepuluh hari pertamanya merupakan hari-hari terbaik yang tidaklah seorang hamba melakukan amalan-amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada beramal pada hari-hari itu. Para ulama mengingatkan, bahwa yang menjadi pokok perhatian itu bukanlah dalam hal beramalnya. Akan tetapi yang lebih pokok lagi adalah bagaimana menjaga amal-amal itu dari faktor-faktor yang bisa merusak dan menghapuskan pahalanya. Mudah-mudahan sedikit tulisan ini berguna bagi diri kami dan segenap pembaca. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillah… 

Yogyakarta, Dzulqa’dah 1440 H

Redaksi

Redaksi al-mubarok.com dikelola oleh relawan dan pegiat dakwah Masjid Jami' al-Mubarok (MJM) YAPADI Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *